Penduduk dunia tumbuh secara cepat untuk paruh pertama Abad 20, dan kemudian menurun pada paruh abad yang kedua. Dari perkiraan 6 milyar penduduk dunia pada tahun 2000, jumlahnya akan bertumbuh sampai kira kira 9 milyar pada tahun 2050.Â
Pada saat itu kebutuhan energi akan meningkat menjadi hampir dua kali lipat dari kebutuhan sekarang sekitar 400 milyar Qbtu menjadi 800 milyar Qbtu, (ITASA, WEC, 2003).
Lebih dari hal tersebut, penduduk di negara-negara berkembang tumbuh lebih cepat dari pada di negara maju atau negara industri. PBB memperkirakan bahwa saat ini, hampir 1.6 milyar penduduk mengalami kekurangan energi. Hal tersebut menuntut peningkatan upaya penggalian sumber-sumber energi alternative baru dan energi yang dapat diperbaharui.
Masalah yang dihadapi adalah kesenjangan antara negara industri ( maju) dengan negara berkembang, karena masalah transfer teknolgi dan masalah kemiskinan lainnya.
Krisis energi secara global memang telah menjadi masalah utama yang mengemuka. Oleh karenanya pencarian sumber energi alternatif juga menjadi semakin baik ke permukaan dewasa ini. Sumber energi terbesar di tata surya yakni energi surya juga yang menjadi primadona dengan menggunakan teknologi sel surya.
Pemanfaatan energi surya di Indonesia sebenarnya memiliki peluang yang besar mengingat Indonesia adalah negara tropis dengan tingkat penyinaran matahari yang merata di sepanjang tahun.
Akan tetapi pada kenyataannya di Indonesia masih mempergunakan bahan impor panel surya dari negara lain karena adanya keterbatasan sumber daya dan finansial. Sehingga bisa dibayangkan, untuk berhemat justru membutuhkan sokongan dana yang besar karena kita belum bisa membuat sendiri teknologi energi alternatif tersebut.
Di sisi lain ternyata silika juga menjadi salah satu bahan baku alternatif panel surya yang ternyata keberadaannya bisa banyak diketemukan di pasir pantai Pulau Jawa. Mengingat pula Indonesia memiliki garis pantai yang panjang sehingga pun akan membuat peluang penemuan pasir kuarsa akan menjadi lebih besar lagi.
Bahkan dengan teknologi pemisahan elektromagnetik sederhana sudah dibuktikan pemisahan silika dari pasir kuarsa bisa dengan mudah dilakukan dan dengan efisiensi yang tinggi. Sehingga diharapkan nantinya dari potensi pasir silika yang ada di Indonesia akan membuat Indonesia mampu membuat teknologi panel surya yang lebih terjangkau bagi masyarakat dibandingkan dengan keadaan yang ada sekarang.
Pada dasarnya Indonesia merupakan negara tropis yang tentu saja penyinaran matahari akan merata pada tiap tahunnya. Sehingga tentu saja akan sangat tepat diterapkan penggunaan sel surya sebagai sumber energi alternatif. Namun baru sedikit sekali pemanfaatannya.
Karena sebagai negara berkembang tentu saja faktor harga yang masih menjadi persoalannya. Apalagi ketika industri dalam negeri mulai merangkak untuk membangun energi surya, justru gempuran dari produk China menjadi salah satu problema tersendiri bagi perkembangan industri ini.