Setiap akhir tahun atau menjelang awal tahun, selalu menjadi momentum penting bagi kita dalam merefleksikan umur yang kita lalui. Apakah berarti umur kita bertambah, atau sebaliknya justru umur kita yang semakin berkurang?
Secara lahiriah umur kita memang bertambah. Semisal kemarin 40 tahun, kini menjadi 41 tahun. Semula kalender itu bertuliskan tahun 2020, kini memasuki tahun 2021. Namun jika kita cermati dan rasakan bersama sesungguhnya jatah umur kita semakin berkurang lho. Bisa jadi jatah umur kita yang semula 60 tahun, dengan bertambahnya tahun, otomatis semakin mendekatinya.
Berbicara soal umur, banyak diantar kita yang selalu memanjatkan doa agar diberikan umur yang panjang. Apalagi dalam tiap perayaan hari jadi atau ulang tahun. Doa agar panjang umur mesti tak luput. Namun jika kita telaah lebih dalam, sesungguhnya hidup di dunia ini bukan bertumpu pada panjang-pendeknya umur. Tetapi lebih kepada keberkahan, kemanfaatan umur itu sendiri.
Mengapa demikian? Karena pada realitanya, ada diantara kita yang diberikan umur yang panjang, namun nyatanya tak digunakan dengan sebaik-baiknya. Umurnya tak banyak digunakan untuk beribadah, menolong sesama, tetapi justru umurnya hilang sia-sia untuk foya-foya, berbuat kedzaliman, kemungkaran bahkan perusakan. Sungguh sangat merugi orang yang demikian, kelak.
Sebaliknya, ada pula kita jumpai di lingkungan kita. Orang yang begitu taat beribadah, baik dengan keluarga, baik dengan tetangga dan sesama, aktif diberbagai kegiatan sosial keagamaan, aktif di berbagai organisasi, namun umurnya tak panjang. Bahkan ada yang mendahului kita semua, dinumurnya yang masih begitu muda. Sungguh berkah umurnya.
Inilah sejatinya umur yang perlu kita renungkan bersama terutama di setiap momen pergantian tahun. Bukan hanya sekedar memohon umur yang panjang, tetapi mohonlah kepada Tuhan umur yang berkah. Seperti apakah umur yang berkah? Yakni umur yang banyak digunakan dan diisi dengan beribadah dan bermanfaat untuk sesama.
Analogi Umur
Analogi Umur itu bisa diibaratkan dengan sebuah dompet. Sering kita jumpai tipe sebuah dompet. Adakalanya kita jumpai sebuah dompet dengan fisik yang panjang, tetapi justru tak berisi. Tak ada yang, tak ada kartu-kartu penting seperti ATM atau surat berharga. Apalah artinya sebuah dompet yang bagus dan panjang, tanpa sebuah isi seperti uang.
Sebaliknya, kadang kita jumpai ada sebuah dompet yang terlihat kecil dan sederhana. Tapi terlihat, penuh berisi. Ada uang banyak didalamnya, begitu juga dengan ATM dan surat-surat berharga lainnya.
Logikanya, akankah kita memilih sebuah dompet yang panjang tapi tak berisi? Atau lebih memilih dompet kecil tetapi banyak isinya? Pasti. Logika akal sehat, akan memilih dompet yang banyak isinya ketimbang yang tak berisi, meskipun secara fisik terlihat kecil.
Itulah sejatinya umur. Ada poin penting dari analogi umur bak dompet. Yaitu perihal isi. Dompet itu yang penting isinya. Begitu juga umur, yang penting isinya (baca: prestasinya). Bisa diungkapkan bahwa umur yang baik dan berkah itu umur yang banyak mengukir prestasi kebaikan. Lebih beruntung lagi ketika kita diberi umur yang panjang, dan banyak pula prestasi yang kita ukir.
Sebagaimana hadits Rosulullah SAW yang berbunyi: "Khoirun nasi man thoola umruhu wa hasuna amaluhu". Sebaik-baik orang ialah mereka yang panjang umurnya dan baik amalnya.