Silaturahmi itu pada hakekatnya menyambung kebaikan antar sesama dan tak terbatas ruang dan waktu. Namun anehnya, silaturahmi di kalangan kita masih banyak yang keliru, diartikan sempit. Silaturahmi kalau hanya ada perlunya saja. Silaturahmi hanya pada waktu-waktu tertentu, seperti saat lebaran idul adha, atau saat ada hajatan keluarga saja.Â
Mindset silaturahmi yang sempit inilah yang pada akhirnya membatasi seseorang dalam bersilaturahmi. Apalagi ada embel-embel buah tangan atau sekedar oleh-oleh kepada yang kita datangi. Sehingga ketika tanpa buah tangan, banyak orang enggan atau merasa tidak enak untuk sekedar bersilaturahmi. Padahal tidaklah demikian.Â
Silaturahmi itu adalah sesuatu yang sangat baik, dan bisa dilakukan kapan saja. Tak terbatas manakala ada keperluan saja, semisal bersilaturahmi hanya karena mau pinjam uang, minta bantuan atau sejenisnya. Justru silaturahmi seperti ini yang pada akhirnya menjadi tanda tanya besar, bahkan mendapat tanggapan atau respon yang kurang baik dari orang yang dikunjungi atau di silaturahmi.Â
Saya dan anda mungkin pernah mengalaminya. Ada teman atau saudara yang lama tak bertemu, atau tak bertegur sapa, tiba-tiba datang ke rumah, lantas minta ini minta itu atau pinjam uang, meminta bantuan dan sebagainya. Otomatis, tanggapan kita pada umumnya agak kurang nyaman. Meskipun ada juga yang tetap dengan kedua tangan terbuka menolongnya.Â
Ada juga saudara atau teman datang silaturahmi karena ternyata ada udang di balik batu, alias ada maunya. Semisal datang silaturahmi ke kita, karena ternyata sangat membutuhkan bantuan kita, terutama untuk mengatasi masalahnya atau sekedar melancarkan bisnis, demi memperoleh keuntungan baginya.Â
Anehnya beberapa orang dengan gaya silaturahmi seperti itu masih banyak kita jumpai di zaman sekarang ini, bahkan semakin banyak. Ditambah lagi dengan era media sosial yang cukup canggih. Kadang banyak orang yang tiba-tiba chat, atau messenger ke kita. Ujung-ujungnya minta bantuan ini dan itu.Â
Dan lebih parahnya lagi, orang semacam ini ketika sudah terkabul niatnya, baik untuk sekedar meminjam sesuatu atau meminta bantuan, lantas setelah itu putus silaturahmi dengan waktu yang lama, bahkan ada yang menghilang. Ketemu di jalan pun, terkadang pura-pura tak tahu. Mungkin takut ditagih, takut diminta kembali.Â
Sungguh silaturahmi yang hanya sekedar ada maunya, tidaklah diajarkan oleh Nabi. Malah Rosulullah SAW menganjurkan kita untuk bersilaturahmi dengan siapa saja, kapan saja, asal dalam batas kewajaran. Karena sesungguhnya dengan bersilaturahmi ini banyak sekali manfaatnya. Panjang umur, banyak rezeki, meningkatkan rasa bahagia dan imun dalam tubuh kita. Semoga. Salam Silaturahmi.
Imam Chumedi, KBC-28Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H