Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Hujan Deras, Kita Pun Cemas dan Was-was

9 Desember 2020   21:14 Diperbarui: 9 Desember 2020   21:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan deras. Sumber pixabay.com

Pada bulan Desember ini curah hujan cukup tinggi. Bahkan hampir tiap hari mengguyur bumi kita. Saat hujan deras dengan itensitas yang cukup tinggi, tentu membuat sebagian besar orang merasa cemas dan was-was. Mereka yang berada di perbukitan dirundung kecemasan manakala longsor tiba.

Tak dipungkiri, perbukitan kita telah banyak yang gundul. Sehingga semakin berkurang pohon besar, yang berfungsi sebagai penyerap air hujan. Maka ketika hujan lebat pun, tanah labil, dan sangat berpotensi longsor. Begitu pula dengan semakin ratanya hutan, maka air hujan yang turun pun langsung menggelontor, memenuhi sungai sampai ke hilir.

Mereka yang hidup di sepanjang sungai, harap-harap cemas, saat hujan deras. Kiriman air dari hulu ke hilir, selalu menjadi kekhawatiran tersendiri ketika sudah memasuki musim penghujan. Semua mata tertuju pada posisi debet dan ketinggian air sungai. Apalagi jika sudah mencapai garis merah, itu artinya siaga.

Was-was dan rasa cemas tak hanya menghantui mereka yang tinggal di perbukitan maupun di bantaran sungai saja. Ternyata kita yang hidup di pemukiman padat penduduk pun ikut cemas. Ya, karena kebanyakan saluran air, selokan di sekitar rumah kita rusak, mampet bahkan irigasi di sepanjang jalan tak berfungsi dengan baik dan semestinya.

Entah sejak kapan, rasa egois, individualis serta acuh tak acuh menyelimuti kita, terutama dalam menyikapi lajunya buangan air, seperti selokan dan gorong-gorong. Hampir sebagian besar dari kita kurang perhatian dengan kondisi jalannya air. Bahkan terkadang ada yang dengan egoisnya menutup dengan sengaja selokan atau saluran air.

Belum lagi ulah oknum warga yang membuang sampah sembarangan di sepanjang got, selokan atau tempat pembuangan air. Walhasil, mampet tak berfungsi. Giliran hujan deras mengguyur, banjir pun melanda. Ikut menggenangi pemukiman warga.

Di perparah lagi dengan semakin banyaknya pemukiman atau pembangunan infrastruktur umum yang kurang memperhatikan soal irigasi air. Sering kita jumpai beragam pembangunan infrastruktur seperti jalan umum yang terkesan asal bangun asal jadi. Sehingga ketika sudah jadi, justru menyisakan beragam persoalan, seperti genangan air, selokan yang tak berfungsi dan sejenisnya.

Disadari atau tidak, tingkat kecemasan saat hujan deras, dewasa ini lebih terasa. Anehnya, semua itu jika difikir secara akal sehat, justru disebabkan karena ulah tangan manusia itu sendiri. Merusak, tak pandai merawat, atau acuh tak acuh dengan alam sekitar, terutama tak memberikan hak yang semestinya kepada makhluk bernama "air".

Imam Chumedi, KBC-28 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun