Memudar rasaku padamu, menguap kekagumanku padamu, berhamburan, beterbangan kasih sayangku padamu, entah melayang ke mana.
Ya, saat mata kepalaku menyaksikan sendiri, kau bermain di belakangku, kau menghianatiku, kau campakkan aku.Â
Selama ini aku tak percaya omongan temanku. Selama ini aku tak pedulikan nasehat orang tuaku, bahkan selama ini aku seolah buta akan kebaikanmu.Â
Kau bagai dewa, penebar benih asmara. Kau hadir di saat aku terluka. Kau menjelma bak Arjuna. Memanah tepat sasaran di hatiku. Hingga aku lupa segalanya.Â
Tapi kini, aku tersadar. Bahwa selama ini aku terlena, bahwa selama ini hanya pemanis, sekedar sandiwara belaka.Â
Tuhan masih menyayangiku. Hingga akhirnya  membukakan tabir kepalsuan yang melekat padamu. Semua tersingkap, semua kini tampak jelas dan terang. Siapakah sebenarnya, engkau?
O, tak ubahnya musang berbulu domba.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H