Tak pernah kubayangkan sebelumnya. Tak pernah terpikir olehku. Tak sedikitpun terbesit dalam benakku. Ya, tentang dirinya. Lelaki tua berbalut kain lusuh.Â
Siapa kira tentang dirinya. Siapa sangka dibalik sosoknya. Kecil, hitam tak beralas kaki. Kumuh, begitu mata menatapnya.Â
Siapakah yang tahu siapa ia sebenarnya? Dari mana asalnya?Â
Aku hanya membisu seribu kata. Saat sang guru berkata: Itulah orang mulia.Â
Otakku masih berfikir dan menerka. Kerut kening masih tak percaya. Bagai mimpi disiang bolong, orang tampak hina disebut mulia.Â
O, begitu bodohnya aku, sehingga tak mengenalinya. O, butakah mata hatiku yang menatap orang hanya dari parasnya saja?Â
Wahai lelaki tua, semoga aku bisa menjumpaimu kembali. Di kesempatan lain, saat kepekaan dan sudut pandangku sudah terasah. Saat ku tak lagi meremehkan siapapun, bagaimanapun bentuk dan rupanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H