Dunia anak memang dunia yang menyenangkan. Belum banyak beban dan fikiran, lebih banyak bermain. Maka tak heran bila sebagian besar anak, ketika diajarkan sesuatu, banyak yang tak memerdulikannya, bukannya memperhatikan, anak-anak justru kurang serius, canda-gurau bahkan bermain sendiri. Ini adalah bagian dari ujian dan tantangan kita, para orang tua.
Seperti malam ini. Tiap malam Minggu, sengaja kami membuat wadah positif bagi anak-anak di sekitar kami, yakni berupa Jamius Shoghir (perkumpulan anak-anak).Â
Acara ini kami kemas dalam bentuk ibadah berupa dzikr bersama dan latihan berorganisasi serta pemberian mauidhotul khasanah bagi anak-anak.Â
Ada anak yang bertugas menjadi pembawa acara, ada yang bertugas membacakan ayat suci Al-Qur'an serta ada yang bertugas berlatih khitobah atau pidato singkat. Selebihnya kami isi dengan ceramah singkat keagamaan.
Namun untuk menciptakan suatu kondisi yang kondusif dari awal hingga akhir jamiyahan anak-anak, bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. Kita tahu sendiri, karakter anak-anak itu lebih senang bergurau, bermain sendiri. Saat pembacaan dzikr saja, masih ada yang belum nalar, ada yang bergurau, ngobrol sendiri bahkan ada yang mengantuk.Â
Sebagai pembina, sebagai orang yang dituakan, tentu kita harus bisa ngemong. Memaklumi semua itu, namun terus berupaya meningkatkan agar kesadaran anak timbul, sehingga di pertemuan berikutnya akan lebih baik lagi. Kunci utama, kita harus sabar dan tak berputus asa terhadap beragam tingkah anak-anak, selama hal itu dianggap sebagai sesuatu yang masih wajar.
Maka dalam sebuah wadah jamiyah anak-anak, sudah seharusnya kita tak melakukan ceramah dengan metode satu arah saja. Bisa-bisa kita dibuat kesal sendiri, anak-anak pun tak memperhatikan, tak ada pelajaran yang masuk.Â
Kita harus bisa menyiasati materi. Misal dengan bercerita, melakukan komunikasi dua arah, tanya jawab atau bisa juga dengan selingan nyanyian atau ice breaking lainnya.
Disiplin
Kesabaran orang itu ada batasnya. Sesabarnya orang, ketika diuji dengan ujian yang bertubi-tubi terkadang tak kuat menahan kesabarannya. Maka untuk mengantisipasi lepas kendalinya kesabaran kita, bisa kita siasati. Terlebih dalam menghadapi anak-anak yang suka berguau atau ngobrol sendiri dalam suatu wadah jamiyah.