Tak selamanya usaha itu berawal dari sebuah bakat, hobi atau latar belakang pendidikan seseorang. Asal ada kemauan, usaha apa pun bisa dimulai dari nol, bahkan dari sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Begitulah gambaran usaha produksi TIA SPREI yang kini mulai digandrungi banyak orang, khususnya di daerah Brebes.
Jika anda berkunjung ke tempat produksinya, di RT 04 RW 08 Gang Buntu Saditan Brebes, sungguh tak menampakkan sebuah rumah produksi sprei besar. Akses menuju rumah tersebut terbilang buntu, masuk ke sebuah gang kecil.Â
Tampak sebuah rumah kecil nan sederhana dengan berbagai lembaran motif kain sprei. Ternyata dari rumah sederhana inilah lahir seorang wirausaha yang kini sukses dengan brand spreinya. Ya, TIA SPREI "Homemade, Sprei Keluarga".
Dari tangan dan kepiawaian seorang Bastiatun, perempuan hebat berusia 43 tahun inilah muncul beraneka produk sprei yang tak kalah saing dengan produksi pabrik. Karyanya sudah banyak diakui oleh para pelanggan setianya, mulai dari kalangan pejabat, anggota dewan, perkantoran, rumah sakit, grosir toko kasur sampai pada ibu-ibu rumah tangga.Â
Spreinya  tak hanya beredar di pasaran lokal saja, tetapi merambah ke berbagai kota-kota besar seperti: Purwokerto, Jakarta, Batam dan Kalimantan, bahkan pernah sampai ke Hongkong.
Padahal beberapa tahun yang lalu, ia adalah bagian dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, tepatnya di tahun 2016. Waktu itu ia belum menggeluti usaha Sprei seperti sekarang.Â
Ia hanya seorang ibu rumah tangga yang bergantung pada penghasilan suaminya sebagai seorang security. Berkat kemauan dan semangatnya serta motivasi pendamping PKH Brebes, Murni Asih, Bastiatun bergerak menggagas usaha baru.
Uniknya keinginan untuk memulai usaha produksi sprei justru berawal dari iseng, coba-coba dengan suaminya. Latar belakang menjahit pun ternyata tak dimiliki Bastiatun dan suaminya.Â
Namun, Ibu dari suaminya dahulu adalah seorang penjahit. Bastiatun dan suaminya tiba-tiba tergerak ingin belajar menjahit. Tanpa berproses lama, Bastiatun dan suaminya pun dalam waktu seminggu mulai bisa menjahit. Hari demi hari, pelajaran menjahit ditekuninya. Beberapa jahitan dicobanya.
Puncaknya, setelah mendapatkan uang pencairan PKH melalui rekening di ATM-nya pada Agustus 2018, Bastiatun mengajak suaminya, iseng jalan-jalan menuju Pasar Pagi di kota Tegal. Ia berkeinginan membeli bahan sprei dan berusaha membuatnya sendiri. Suaminya mendukung penuh niat dan keinginan Bastiatun.Â