Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mundur dari PKH, Sukses Jadi Pengusaha

14 Agustus 2020   20:20 Diperbarui: 14 Agustus 2020   21:19 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) mungkin menjadi harapan sebagian besar orang. Betapa tidak, mereka menerima bansos berupa uang tunai rutin tiap tri wulan. Bahkan sejak ditetapkannya pandemi Corona, kini para KPM menerima bansos tersebut tiap bulan sejak April hingga Desember mendatang.

Pantas saja, sebagian besar penerima PKH justru merasa di zona nyaman. Tak usah bersusah payah, uang tunai pun masuk di rekening ATM dengan sendirinya. Labelisasi sebagai keluarga miskin yang masif dilakukan sebagian pendamping PKH, serasa tak cukup untuk membuat para KPM yang tingkat kehidupannya semakin membaik, untuk mundur. Ya, inilah mentalitas kemiskinan yang sesungguhnya. Mengaku, selalu merasa miskin dan terus berharap beragam bantuan dari pemerintah maupun orang lain.

Namun, ternyata mentalitas miskin itu tak sedikit pun melekat di hati beberapa perempuan PKH asal Brebes. Ada beberapa perempuan hebat yang telah mengundurkan diri karena merasa sudah sejahtera (baca: graduasi PKH). Mereka dengan mantapnya, menyatakan mundur dari kepesertaan PKH dan menekuni wirausaha. Perempuan-perempuan itu menginspirasi kita semua, tak terkecuali bagi para KPM Program Keluarga Harapan yang masih merasa miskin, merasa di zona nyaman, rutin terima bantuan tanpa berkeringat, tanpa lelah.

Beberapa produk KPM PKH graduasi mandiri. Sumber gambar: dok. pribadi.
Beberapa produk KPM PKH graduasi mandiri. Sumber gambar: dok. pribadi.
Beberapa perempuan inspiratif nan gigih itu diantaranya adalah: Pertama, Ibu Darojatun. Perempuan yang berdomisili di rt 03 rw 04 desa Rancawuluh kecamatan Bulakamba Brebes ini, begitu gigih dan semangat dalam berwira usaha. Dirinya terdaftar sebagai penerima PKH pada tahun 2016, namun dengan keteguhannya, di tahun 2020 ini ia mantap keluar dari PKH melalui jalur graduasi mandiri. Usaha jualan baksonya yang dirintis beberapa tahun lalu dengan sang suami, kini bisa menembus omset 40 juta per bulannya. Bahkan usahanya kini telah memiliki dua pangkalan strategis dengan 4 karyawan.

Kedua, Yudianungrum (30 th). Perempuan dengan 2 anak ini, terdaftar sebagai penerima PKH sejak tahun 2014. Ia tingga di dusun Buntrak rtb04.rw 02 desa Wlahar, Larangan. Di tahun ini, ia pun optimis, melepaskan diri sebagai keluarga miskin, penerima PKH. Yudianingrum terbilang cukup energik dan kreatif. Dirinya memproduksi krupuk telor asin, krupuk bawang dan seblak kering yang cukup enak dan nikmat. Dibantu dengan 4 karyawannya ia terus berinovasi dalam memasarkan produknya, baik di dunia nyata maupun dunia maya, sehingga kini omsetnya bisa mencapai 36 juta per bulan. Ajib.

Sumber gambar: dok. pribadi.
Sumber gambar: dok. pribadi.
Perempuan ketiga yang juga dapat menginspirasi kita semua, yaitu ibu Deres Dede Fatmawati. Ia menjadi KPM Program Keluarga Harapan sejak 2011, hingga awal 2020. Cukup lama memang untuk memantapkan niat mundur dari PKH. Maklum, usaha pembuatan kue atau jajanan pasar baru dirintisnya beberapa tahun ini. Namun berkat kegigihannya, ibu Deres pun tak ragu melepaskan bantuan PKH dan fokus dengan produksi aneka kuenya. Omsetnya cukup lumayan besar, rata-rata 15 juta tiap bulannya. Produksi aneka kuenya bisa ditemui di rumahnya di desa Pebatan rt 01 rw 03, kecamatan Wanasari.

Pada deretan ke empat, ada ibu Etini (49). Masuk sebagai penerima PKH di tahun 2018. Dan di pertengahan tahun 2020 ini, langsung cabut diri. Perempuan yang bermukim di rt 06 rw 09 dukuh Nambo, desa Buara, Ketanggungan ini termasuk sosok perempuan tangguh. Sedari pagi buta, tepatnya pukul 00.00 wib, ia sudah beraktivitas, bergelut dengan beragam sayuran hingga Subuh tiba. Etini terbilang pengepul dan bakul yang cukup lumayan, sehingga tak harus susah payah mengecer sayuran. Omsetnya perbulan bisa mencapai 9 juta.

Dan perempuan kelima yang bisa jadi inspirasi para penerima PKH untuk bisa graduasi mandiri, yakni ibu Umiyati, dari Dukuh tengah, Ketanggungan Brebes, tepanya di rt 02 rw 05. Tak seperti umumnya perempuan lain yang memilih usaha dagang, Umiyati justru menekuni ketrampil membuat batu bata merah. Ia pun di tahun 2020 ini meneguhkan tekadnya untuk graduasi mandiri dari PKH. Baginya, omset 8,5 juta perbulan sudah cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah anak-anaknya. Banyak bersyukur, lebih baik memberi dari pada menerima juga menjadi salah satu motivasinya.

Sumber gambar: dok. pribadi.
Sumber gambar: dok. pribadi.
Dahsyat, mereka adalah contoh kecil para perempuan yang begitu kuat tekadnya. Mulai dari hanya menerima bantuan pkh, kini bangkit, berubah dan berdaya saing menjadi pengusaha-pengusaha di bidangnya. Maka, pantaslah pada acara Koordinasi Teknis Dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia PKH, tanggal 12-14 Agustus 2020 di Grand Dian Hotel, mereka mendapatkan Penghargaan dan Sertifikat Graduasi Sejahtera KPM PKH, langsung dari Direktur Jaminan Sosial Keluarga, Rachmat Koesnadi.

Pendamping PKH Kec. Wanasari, Brebes. Imam Chumedi, KBC-28.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun