Sampai saat ini, belum dapat dipastikan vaksin yang pasti ampuh atasi virus Corona. Namun kita meyakini, semua kembali lagi pada imunitas tubuh masing-masing individu. Semakin kuat imunitas kita, maka akan semakin tangguh menghadapi Corona, sebaliknya jika imunitas kita lemah, segala bentuk virus penyakit pun akan mudah datang menyerang.
Ada banyak cara untuk meningkatkan imunitas tubuh kita, di antaranya dengan makan makanan yang bergizi, istrirahat yang cukup serta rajin berolahraga, serta minum suplemen yang bisa menambah imunitas dan antibodi.
Namun, ada pula tradisi orang tua kita dahulu yang gemar minum jamu sebagai upaya meningkatkan imunitas tubuh. Bahkan sebagian orang meyakini minum jamu jauh lebih baik dari pada minum obat. Mereka lebih suka secara alami minum jamu dari berbagai rempah-rempah ketimbang harus lari ke apotik atau toko obat.
Munculnya pandemi Corona ternyata menjadi angin segar bagi dunia rempah-rempah serta perjamuan di Indonesia, khusuanya di Brebes, Jawa Tengah. Serentak bermunculan usaha minuman rempah-rempah seperti wedang jahe, jahe alang-alang, wedang uwuh, wedang rempah dan sejenisnya.Â
Harganya pun merangkak naik. Dari sebelum Corona wedang jahe hanya berkibar 3-4ribu perbungkusnya, kini harganya naik menjadi 5-7ribu rupiah. Itu pun laris-manis, ditambah berbarengan musim kemarau dengan angin kumbang yang menusuk tulang kala malam tiba. Wedang jahe bak obat penghangat yang rame dicari warga.
Begitu juga dengan trend minum jamu yang kini mulai rame kembali. Apalagi beberapa pengusaha jamu kini memodivikasi kedai serta penyajiannya. Rasanya semakin menarik warga saja. Seperti halnya kedai Jamu Godog BOE MOEN di daerah Pasarbatang Brebes. Tiap hari kedai jamu ini dibanjiri pelanggan.
Namun ada yang unik. Kedai dihias dengan banner bergambar beragam macam jenis rempah-rempah beserta khasiatnya. Satu gerobak dengan beberapa toples rempah-rempah menambah sugesti, layaknya angkringan jamu dengan sebuah kendi berisi rebusan rempah-rempah khusus. Ditambah dengan setelan musik-musik lagu hits khas Pantura menambah betah saja.
Setiap pembeli diwajibkan menuliskan nama serta keluhan yang dirasa atau penyakit yang diderita pada secarik kertas yang telah tersedia. Lantas, ditaruh di sebuah antrean tusukan paku.Â
Beberapa penyaji jamu pun sudah bersiap meracik pesanan jamu sesuai dengan apa yang telah dituliskan si pembeli. Sementara, si pembeli duduk, menunggu jamu pesanannya jadi. Jika anda datang pada jam 17-19, bisa jadi butuh waktu lama untuk menunggunya. Karena di jam-jam tersebut, bisa datang puluhan pembeli silih berganti.
Ketika jamu godog sudah jadi (sesuai keluhan dan penyakit si pembeli) maka akan ada satu pelayan yang memanggil-manggil secarik kertas yang telah tertulis nama.