Berbagi kepada sesama merupakan perbuatan yang sangat mulia, apalagi mau berbagi kepada mereka yang sangat membutuhkan. Seperti berbagi kepada lansia, dhuafa dan anak yatim. Sayangnya, kesadaran untuk berbagi belum sepenuhnya tertanam dalam diri banyak orang. Padahal dalam agama sudah sangat jelas dalilnya, bahwa mereka yang tak mau berbagi atau menelantarkan orang miskin dan anak yatim dicap sebagai pendusta agama.
Oleh karenanya, untuk menumbuhkan kesadaran saling berbagi terkadang harus dipancing dengan berbagai cara, salah satunya dengan gerakan sedekah jumat, bulan amal, bakti sosial, koin peduli maupun dengan edaran proposal permohonan dana guna menyantuni dhuafa dan yatim piatu.
Kegiatan berbagi atau menyantuni dhuafa dan yatim piatu selama ini belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan mereka. Karena, umumnya menyantuni dhuafa anak yatim dan dhuafa masih sebatas seremonial di bulan-bulan tertentu saja, seperti pada bulan Muharram, bulan Ramadan atau bulan Syawal saja. Sehingga di selain bulan itu pun, kondisi, keadaan para yatim dan dhuafa sering terlentar.
Realita seperti inilah yang seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama. Bagaimana kebutuhan harian mereka bisa terpenuhi?Bagaimana biaya sekolah anak yatim piatu terbiayai tiap bulannya? Kesadaran memikirkan persoalan inilah yang harus dibangun. Sehingga kita yang diberi kelebihan rizki, jangan sampai dicap sebagai golongan yang mendustakan agama Allah. Sungguh diantara rizki yang kita peroleh ada hak bagi mereka, yang harus kita salurkan.
Lantas, harus dimulai dari mana guna menumbuhkan kesadaran itu? Tentunya mulai dari pribadi kita, keluarga kita terlebih dahulu. Caranya, sediakan kotak atau tabungan khusus untuk menyisihkan rizki kita. Dengan tersedianya kotak infaq di rumah, kapan saja, berapa pun kita bisa memasukkannya sebagai bentuk tabungan santunan.
Beda dengan permohonan dana sosial yang dilakukan spontanitas oleh panitia. Terkadang kondisi ekonomi seseorang tidak menentu. Sehingga terkesan berat dan besar. Beda dengan sistem tabungan kotak, bisa seikhlasnya, seadanya, meski sekedar koin uang kembalian yang kita masukkan.
Bayangkan jika kotak amal ini kita bagikan kepada beberapa jamaah tertentu, dibagikan ditiap rumah, atau di tempat usahanya. Bukankah makin mendekatkan dengan para penyumbang? ketimbang kotak infak tergeletak saja di pojok masjid. Ide ini sudah kami coba, dan hasilnya cukup lumayan besar.
Kami berinisiatif membuat sebanyak 25 kotak santunan yang disebar ke beberapa toko dan rumah jamaah. Baru dua bulan berjalan, kami ambil dan hitung hasilnya, bisa mencapai 3 juta lebih. Bayangkan jika setahun, infaq tersebut bisa mencapai 18 juta rupiah. Tentu perolehannya lebih banyak, dibanding dengan penggalangan santunan dhuafa dan yatim setahun sekali di bulan Muharram atau pada moment tertentu saja. Biasanya hanya bisa mendapat 8-10 juta saja.
Dengan mendekatkan kotak santunan kepada para penyumbang, makin menyadarkan kita bersama. Kita akan terbiasa menyisihkKami berinisiatif membuat sebanyak 25 kotak santunan yang disebar ke beberapa toko dan rumah jamaah.an sebagian rizki yang ada. Ada pula semacam tanggung jawab tersendiri untuk senantiasa mengisinya.
Ide ini juga bisa menambah intensitas kegiatan santunan yang biasanya hanya dilakukan setahun sekali, kini dengan perolehan kotak santunan itu, Â bisa menjadi 2 sampai 3 kali santunan dalam setahun. Bahkan bisa ditingkatkan menjadi 2 atau 1 bulan sekali. Bukankah dengan ini, mereka para dhuafa dan yatim piatu makin mendapat perhatian? Semoga amal baik ini menjadi ladang pahala yang akan kita panen kelak di aherat. Amin.
Imam Chumedi, KBC-028