Ibadah puasa membuahkan segudang manfaat bagi yang menjalaninya. Tak terkecuali bagi keluarga. Tak hanya meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah saja, tetapi dapat merekatkan komunikasi antar anggota keluarga, khususnya di saat santap sahur dan berbuka puasa bersama keluarga.Â
Kedua waktu itu menjadi moment penting, bahkan termasuk langka bagi sebagian keluarga. Karena adakalanya sebuah keluarga yang dengan berbagai kesibukan anggotanya, jarang sekali bisa duduk, makan bersama. Sekedar untuk curhat, ngobrol santai bersama saja, begitu susah.
Pada Ramadan inilah kita bisa menjumpai momen langka itu, lewat sahur dan buka bersama keluarga. Sungguh alangkah, nikmatnya. Keluarga bisa duduk bersama di meja makan jelang berbuka. Sembari menanti beberapa menit waktu maghrib tiba, orang tua bisa menanyakan keadaan atau pengalaman puasa anak-anaknya di hari itu. Mungkin ada cerita yang mengasyikkan atau cerita menyedihkan dari anak-anak kita. Atau bahkan mungkin cerita lucu saat berpuasa hari itu.
Begitu juga setelah bersantap sahur, biasanya masih ada waktu sembari menunggu waktu imsak atau Subuh. Kita masih bisa mengajak anak ngobrol. Mungkin ada keluhan anak atau harapan tentang puasanya. Seperti anak perempuanku yang berharap ada hadiah dari orang tuanya, jika puasanya bisa selesai satu bulan penuh. Lain halnya dengan keluh kesah anak pertamaku, yang sering menanyakan tugas sekolah hari ini apa saja? Kapan berangkat sekolahnya? Kapan kita jalan-jalan untuk membeli mainan?
Istri juga terkadang berkeluh kesah dengan kondisi ekonomi saat ini. Pada bulan Ramadan justru kebutuhan makan, belanja keluarga dirasa malah bertambah, sedang pemasukan berkurang. Belum lagi kita memikirkan kebutuhan untuk lebaran nanti. Apakah anak-anak bisa memahami situasi dan kondisi pandemi yang memprihatinkan seperti sekarang ini?
Inilah moment yang berharga. Komunikasi antar anggota keluarga semakin erat. Satu sama lain saling memberikan pemahaman bahwa kita adalah satu kesatuan. Puasa adalah tujuan utama di bulan suci Ramadan. Pandemi Corona dengan segala resikonya adalah suatu realita yang harus dihadapi dengan sikap optimis, sabar dan waspada. Dan semua itu biasanya bisa dikomunikasikan sebelum atau sesudah makan bersama keluarga.
Pada momen sahur atau berbuka puasa keluarga yang termasuk  quality time ini, alangkah baiknya para orang tua lebih bijak dalam menelaah komunikasi dengan anak-anak. Perihal sulitnya ekonomi keluarga, membengkaknya uang belanja ibu, menumpuknya hutang di warung, arisan serta cicilan kredit yang belum dibayar, sebaiknya tidak dibicarakan ayah dan ibu di depan anak-anak saat berbuka atau santap sahur bersama. Biarkan orang tua saja yang menanggung dan memikirkannya. Anak sudah berpuasa dengan baik, itu sudah merupakan sesuatu yang membanggakan dan penyemangat bagi orang tua.
Kalau pun kita memang membuka diri untuk berkomunikasi dengan anak saat sebelum atau sesudah makan, mungkin lebih kepada mendengarkan dulu isi hati anak. Kira-kira apa saja yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaannya saat ini, terutama dalam menjalankan ibadah puasa di tengah pandemi Corona? Orang tua harus bijak, mau mendengar apa isi hati anak-anaknya.
Setelah isi hati anak terungkapkan dengan leluasa, orang tua bisa menjawab, memberi pemahaman yang bijak kepada anak. Sesekali orang tua bisa menyisipkan nilai-nilai agama kepada anak dan keluarganya. Penyampaian orang tua pun tidak harus seperti orang yang sedang berceramah atau menasehati, bisa dengan ngobrol santai atau bisa diselingi humor atau candaan keluarga.
Dengan membiasakan diri berkomunikasi sebelum atau sesudah berbuka dan sahur, maka dengan sendirinya anggota keluarga menempatkan waktu tersebut sebagai waktu khusus keluarga untuk mengutarakan apa saja. Baik suka maupun duka, susah-senang atau saran dan masukan untuk anggota keluarga, menuju keluarga yang harmonis, terbuka dan komunikatif.
Imam Chumedi, KBC-028