Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Pada Tingkatan Manakah, Puasa Kita?

27 April 2020   13:40 Diperbarui: 27 April 2020   13:40 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: PPM Al Falah Jatirokeh

Puasa merupakan ibadah individual yang sangat rahasia, sehingga derajat antara shoimin (orang yang berpuasa) satu dengan lainnya, pasti berbeda-beda pula. Tergantung pada seberapa besar kemauan kerasnya seseorang untuk mengekang dirinya dari yang membatalkannya, termasuk mengekang diri dari segala hawa nafsu, angkara murka.

Menurut Imam Al-Ghozali dalam Kitabnya Ihya Ulumudin, tingkatan orang berpuasa itu dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Shomul Aam atau Shoumul umum, Shoumul khusus dan terakhir yakni tingkatan shoumul khususil khusus.

Pertama, Shoumul Aam atau Shoumul umum. Ini adalah tingkatan puasa pada umumnya orang. Yakni hanya menahan diri dari lapar dan dahaga serta tidak berhubungan suami-istri sedari Subuh hingga maghrib tiba. Pada tingkatan ini, seseorang baru bisa berpuasa secara dohir atau lahiriah saja. Ia hanya nampak secara kasat mata, tidak makan dan tidak minum saja.

Rosulullah SAW pernah berpesan kepada kita, perihal puasa ditingkatan seperti ini. "Kebanyakan umatku berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala puasanya, melainkan hanya lapar dan dahaga saja. Sungguh, puasa pada tingkatan seperti ini adalah puasa di tingkatan terendah.

Tingkatan kedua, yakni Shoumul khusus. Yakni puasa khusus. Selain mampu berpuasa, menahan lapar dan dahaga secara dzohir, juga mampu mengekang seluruh anggota badan dari segala yang dilarang Allah SWT. Mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan juga ikut berpuasa dari segala maksiat.

Pada tingkatan puasa ini seseorang akan berusaha menahan matanya dari segala pandangan yang dilarang, telinga tak lagi mendengarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Lisan selalu terjaga dari perkataan buruk, menggunjing, ghibah dan fitnah. Tangan dan kaki pun dijaga dengan baik untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang, seperti mencuri atau sekedar melangkah menuju tempat-tempat maksiat.

Ketiga adalah tingkatan puasa Shoumul khususil khusus. Yaitu puasa dengan tingkatan khusus diatas khusus. Atau plus-plus. Yakni dimana seseorang selain bisa menahan diri dari lapar dan dahaga, mampu mengekang seluruh anggota badannya dari segala yang dilarang juga mampu berpuasa secara hati dan pikirannya secara bersih. Pikiran dan hati selalu ditujukan untuk mengingat Allah. Sehingga orang yang sampai pada tingkatan puasa ini, akan berusaha semaksimal mungkin agar terhindar dari segala macam penyakit hati, seperti iri, dengki, takabbur, dendam, khasud dan sejenisnya. Tingkatan puasa inilah yang ditempati oleh para nabi, sahabat, tabiin dan para kekasih-kekasih Allah SWT.

Lantas, sudah pada tingkatan manakah derajat puasa kita. seharusnya, kita yang sudah digembleng puasa Ramadan bertahun-tahun minimal pada tingkatan yang kedua, Shoumul khusus. Tak lagi ditingkatan pertama, yang hanya sekedar menahan lapar dan dahaga semata. Sukur, kita bisa mengasah dan menempa puasa kita untuk mencapai tingkatan yang ketiga, yaitu Shoumul khususil khusus. Meski sangat sulit, tapi kalau ada kemauan yang kuat, Insya Allah kita bisa.

Imam Chumedi, KBC-028

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun