Ibadah puasa merupakan ibadah yang mulia. Ibadah yang memiliki banyak manfaat dan penuh berkah. Ibadah ini juga termasuk ibadah yang unik dibanding dengan ibadah lainnya, seperti sholat, zakat maupun haji. Berbeda dengan sholat, ibadah puasa merupakan ibadah individual. Tak ada seruan puasa berjamaah layaknya sholat, melainkan per-orangan. Terutama bagi mereka yang memenuhi syaratnya, yaitu: Islam, baligh, berakal dan sehat serta tidak dalam bepergian jauh.
Ibadah puasa bersifat rahasia. Artinya bukan berarti dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tetapi tingkat dan derajat puasa sejatinya hanya orang itu dan Allah SWT lah yang tahu. Tak ada seorang pun yang dapat menjamin ibadah puasa seorang, seutuhnya. Sekalipun dia seorang Ustadz, Kyai, pemimpin, pejabat, orang kaya atau orang biasa, kita tak bisa menjamin bahwa mereka betul-betul puasa, bisa menjaga dirinya dari segala yang membatalkannya sedari Subuh hingga maghrib tiba. Tak ada.
Sebagai contoh, sekalipun sebuah keluarga bisa melaksanakan santap sahur bersama, tetapi antar anggota keluarga tak bisa menjamin seutuhnya, puasa masing-masing anggota keluarganya. Apakah mereka bisa menjamin puasanya seorang Ayah yang sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah? Dapatkah mereka menjamin bahwa seorang ibu rumah tangga yang hanya di rumah saja, mengurus anak dan rumah, benar-benar berpuasa penuh seharian? Tak bisa, tak ada yang bisa menjaminnya. Apalagi, tentang puasa-puasa anak kita yang masih dalam taraf belajar dan penuh tantangan.Â
Puasa itu bersifat rahasia. Sampai Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits Qudsi bahwa "Setiap amal itu berlipat ganda pahalanya, hingga sepuluh kali lipat bahkan ada yang sampai tujuh ratus kali lipat, tetapi tidak dengan puasa, puasa itu untuk-Ku, Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya, bahkan dapat aku lipat gandakan pahalanya, sekehendak-Ku".
Sebagaimana kita ketahui bersama dalam ibadah sholat. Dimana sholat yang dilakukan secara berjamaah akab lebih utama, yakni mendapatkan pahala 27 kali ketimbang sholat yang dilaksanakan secara munfarid atau sendirian. Tetapi hal ini tak berlaku dalam pelaksanaan ibadah saum atau puasa. Sekalipun kita bersantap sahur, berbuka puasa bersama, tetapi akan mendapatkan pahala yang berbeda-beda.
Kerahasiaan puasa tak hanya pada pelaksanaannya, juga bersifat rahasia dalam derajat dan tingkatannya. Janganlah memandang derajat puasa seseorang dari profesi bahkan strata sosialnya. Bukan menjadi sebuah jaminan jika ia seorang Ustadz atau Kyai berarti puasanya pasti hebat. Bisa jadi derajat puasa orang yang dianggap biasa-biasa saja justru melebihi mereka-mereka.
Begitu juga dengan kita, para orang dewasa. Tidak bisa menyepelekan atau menganggap sebelah mata puasanya anak-anak atau para remaja. Sungguh bisa jadi derajat puasa mereka lebih mulia ketimbang kita-kita yang tua. Karena ibadah puasa itu adalah ibadah rahasia. Tua-muda, miskin kaya tak jadi tolok ukur. Tolok ukurnya justru pada keimanan seseorang. Sedangkan iman itu tidak bisa dilihat dan diperlihatkan.
Oleh karena itu, dengan segala kerahasiaan ibadah puasa, mari kita menggapai pahala dan berkahnya Ramadan dari mana saja, termasuk bisa dari rumah kita masing-masing. Dengan berbagai bentuk ibadah yang bisa kita lakukan, di tengah-tenah pandemi yang serba membatasi.
Imam Chumedi, KBC -028
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H