Padahal sudah sekitar sebulan yang lalu, berencana di bulan Sya'ban ini menggelar acara ziaroh auliya lokal Brebes-Tegal ditambah Obyek Wisata Guci. Tapi apa jadinya ketika Corona melanda.Â
Semuanya ambyarr, bahkan beberapa lokasi ziarah dan obyek wisata Guci jelas sudah ditutup. Saya yakin, ziarah-ziarah di tempat lainnya sama, di tutup demi mencegah penyebaran Covid-19.
Ruwatan atau Slametan, masih?
Begitu juga dengan acara slametan atau ruwatan. Apakah masih bisa dilaksanakan? Padahal Slametan atau Ruwatan biadanya mendatangkan orang banyak lho..
Ruwatan di daerah kami, biasanya mulai rame dilaksanakan diatas tanggal 15 Sya'ban. Ada yang pelaksanaannya di masing-masing rt, rw atau di masjid-musholla.Â
Biasanya setiap warga akan berbondong-bondong datang dengan membawa makanan berupa tumpeng atau brekat, sekaligus didahului dengan doa atau tahlil bersama, mendoakan ahli kubur yang sudah dicatat masing-masing shohibul hajat.
Namun dengan adanya pandemi Corona, kami selaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, tentunya harus memutar otak, mensiasati bagaimana agar tetap melaksanakan tradisi tersebut tanpa abai dengan himbauan pemerintah.Â
Opsi untuk meniadakan acara Ruwatan, mungkin hal yang mustahil. Bahkan sebagian warga sudah meyakini bahwa tradisi Ruwatan adalah satu adat, peninggalan leluhur yang tidak boleh ditinggalkan, meski dalam keadaan apapun.
Konskuensinya, mungkin kami akan mengadakan dengan sesederhana mungkin, terjadwal tiap harinya bergantian, sehingga tidak berkerumun massa yang biasanya dilakukan dalam sehari itu.Â
Dan tentunya tetap waspada dengan mematuhi protokol penanganan Covid-19 dengan berbagai antisipasi kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak dan cuci tangan dengan sabun. Semoga Corona cepat berlalu. Amiin..
Imam Chumedi, KBC-028