Mohon tunggu...
Khuly Shofiana
Khuly Shofiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat membaca, semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Revolusi Kecerdasan Buatan (AI) dalam Akuntansi: Antara Efisiensi dan Isu Etika

6 Desember 2024   11:17 Diperbarui: 6 Desember 2024   11:56 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI dalam Dunia Akuntansi (Sumber: Freepik.com)

Implikasi Transformasi Teknologi dalam Dunia Akuntansi

Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi kekuatan revolusioner dalam berbagai sektor, termasuk akuntansi. Dengan kemampuannya mengotomatisasi tugas rutin seperti pencatatan transaksi, penyusunan laporan keuangan, hingga analisis data. AI menghadirkan efisiensi yang sebelumnya sulit dicapai dengan metode tradisional. Dalam konteks akuntansi, teknologi ini mampu menggantikan banyak pekerjaan administratif dengan sistem otomatis yang bekerja cepat, akurat, dan tanpa lelah. Dengan begitu, akuntan kini dapat mengalihkan fokus mereka dari tugas-tugas mekanis menuju peran strategis yang lebih bernilai, seperti perencanaan keuangan atau analisis risiko.

Manfaat yang ditawarkan oleh AI tidak hanya terbatas pada perusahaan atau akuntan. Dalam ekosistem ekonomi yang lebih luas, masyarakat juga merasakan dampaknya. Peningkatan akurasi laporan keuangan mampu menciptakan transparansi yang lebih besar, yang pada akhirnya melindungi konsumen dan investor dari risiko manipulasi data. Keandalan data yang dihasilkan oleh AI menjadi alat penting bagi pengambil keputusan, baik di level perusahaan maupun pemerintah, untuk merancang kebijakan atau strategi yang lebih efektif. Selain itu, sistem AI juga berperan dalam mendeteksi potensi penipuan lebih dini, membantu mencegah kerugian finansial yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi.

Namun, di balik efisiensi dan transparansi yang ditawarkan oleh AI, ada pertanyaan yang harus diajukan: sejauh mana teknologi ini akan menggantikan peran manusia dalam pekerjaan akuntansi? Apakah masyarakat siap dengan perubahan yang cepat ini? Pada satu sisi, AI memungkinkan pekerjaan yang lebih cepat dan bebas kesalahan, namun di sisi lain, semakin sedikit ruang bagi pekerja manusia. Ketika algoritma mengambil alih tugas-tugas yang dulu dilakukan oleh manusia, banyak pekerjaan di sektor akuntansi yang tergantikan. Dalam skala yang lebih luas, kita harus merenungkan bagaimana perubahan ini akan memengaruhi pasar kerja dan keberlanjutan profesi akuntansi.

Selain itu, perlu juga diwaspadai bahwa adopsi AI tidak dapat diterima begitu saja tanpa adanya perhatian khusus pada privasi data. Semakin banyak data keuangan yang dikelola oleh sistem AI, semakin besar pula risiko kebocoran atau penyalahgunaan informasi pribadi yang sensitif. Masyarakat harus memahami bahwa meskipun teknologi ini menawarkan berbagai kemudahan, potensi ancaman terhadap keamanan data pribadi menjadi isu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Di sisi lain, kemampuan AI untuk menganalisis data dalam skala besar membawa tantangan lain berupa kesenjangan akses. Perusahaan besar dengan sumber daya melimpah dapat dengan mudah mengadopsi teknologi ini dan mendapatkan keuntungan kompetitif yang signifikan. Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah sering kali tertinggal karena keterbatasan anggaran atau pengetahuan teknis. Hal ini menciptakan risiko meningkatnya ketimpangan dalam sektor ekonomi.

Tantangan Etika dan Konsekuensi Sosial dari Penggunaan AI di Bidang Akuntansi

Di balik manfaatnya, kecerdasan buatan menghadirkan tantangan etika yang kompleks, terutama dalam penerapannya di bidang akuntansi. Salah satu perhatian utama adalah potensi bias dalam algoritma. AI bekerja berdasarkan data yang dimasukkan ke dalam sistemnya, dan jika data tersebut mengandung bias, maka hasil yang diperoleh akan mencerminkan bias tersebut. Dalam konteks akuntansi, ini dapat memengaruhi pengambilan keputusan yang melibatkan penilaian kredit, alokasi sumber daya, atau prediksi risiko keuangan. Ketika algoritma digunakan tanpa pengawasan yang memadai, keputusan yang dihasilkan berpotensi merugikan kelompok tertentu, memperburuk ketidaksetaraan yang ada, dan menciptakan masalah keadilan dalam dunia bisnis.

Di tingkat sosial, adopsi AI dalam akuntansi juga dapat memperburuk kesenjangan ekonomi antara negara maju dan berkembang. Negara-negara maju memiliki akses lebih besar terhadap teknologi, sementara negara berkembang sering kali tertinggal karena kurangnya infrastruktur atau pengetahuan teknis. Ketimpangan ini tidak hanya terjadi di tingkat antarnegara tetapi juga di dalam negara itu sendiri, di mana perusahaan besar yang memiliki sumber daya melimpah bisa lebih mudah mengintegrasikan AI dibandingkan usaha kecil dan menengah.

Lebih jauh lagi, ketergantungan berlebihan pada AI juga dapat menimbulkan dampak terhadap masa depan profesi akuntansi. Keahlian manusia dalam membaca nuansa dan konteks dalam data keuangan bisa tergeser oleh pendekatan berbasis algoritma yang lebih mekanis. Bagi masyarakat, terutama pekerja yang terlibat langsung dalam profesi ini, harus siap menghadapi perubahan dengan memperkuat keterampilan mereka dalam teknologi dan analisis data, serta menjaga integritas etika profesional mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun