Penggiat media sosial (Medsos) Facebook, WhatsApp kini mulai rajin perang gambar yang dinilai untuk menyindir teman maupun saudara dengan memposting kartun bermeme 'Tuman. Viralnya meme 'Tuman' digunakan untuk menyindir dan menasehati kelakuan yang sekiranya tidak pantas dilakukan agar tidak diulang lagi.
 Terlihat bergambar kartun 2 laki-laki laki tanpa baju kadang laki-laki tanpa mengenakan baju dan wanita hanya memakai pakaian dalam  menampar pipi menampar teman satunya yang diatasnya di tambahkan tulisan kata 'Tuman' karena dinilai teman yang ditampar punya kebiasaan buruk atau pelupa.
Semenjak viral, meme Tuman bisa dikatakan saat ini sedang viral di media sosial, mulai dari tema sosial, ideologi, hingga persoalan pemilu 2019. Banyak sekali ungkapan unik seputar perilaku sehari-hari yang dipadukan dengan gambar sesorang menampar pipi lawannya. Dalam meme Tuman ada yang secara spesifik menyinggung tentang Relasi santri dan kiai, banser dan HTI, hingga persaingan Prabowo dan Jokowi dalam perhelatan Pilpres 2019. Bahkan lembaga penyelenggara pemilu ada yang membuatnya untuk kampanye anti politik uang.
Diketahui juga hasil penelusuran di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Tuman adalah : tuman2/tu*man/ a menjadi biasa (suka, gemar, dan sebagainya) sesudah merasai senangnya, enaknya, dan sebagainya: agar tidak - berbuat begitu, hajarlah ia kalau kebetulan ketahuan sedang berbuat.
Dalam kebiasaan sehari-hari, kata tuman berasal dari percakapan seorang tua dengan anaknya yang bandel. Agar tidak membandel dan si anak berhenti berbuat sesuatu maka orang tua selanjutnya, memberi hukuman dengan menjewer, menampar dan seterusnya. Bentuk hukuman ini tentu bukan dengan maksud mengkampanyekan kekerasan tetapi hukuman yang mendidik.
Mengapa Tuman ?
Lebih pas untuk menyebut fenomena Tuman sebagai bentuk kontrol sosial melalui media  media sosial. Sebuah karya satire dalam bentuk gambar dan sedikit bumbu kata ini kadang membuat para pembaca sejenak terhibur karena bermakna kritis, menyindir namun lucu. Tidak ubahnya, bilamana kita menyimak rubrik Pojok dengan sentilan kata singkat, padat, bisa bikin tawa pembaca.
Nah disinilah kita menemukan letak makna karikatur jika dihubungkan dengan fungsinya sebagai kontrol sosial yang melekat pada media. Karikatur atau mungkin sejenis meme di media digital - Â dapat dikategorikan sebagai rubrik khas namun memiliki ketajaman makna.
Persoalan yang dikritik oleh masyarakat melalui meme biasanya dalah persoalan yang berulang ulang terjadi. Upaya perlawanan masyarakat yang tidak ada dalam sistem merupakan bentuk partisipasi akan masifnya perbuatan yang dianggap publik tidak patut (korupsi, politik uang dan sebagainya).
Oleh sebab itu karikatur dalam media, pastinya sejalan dengan dinamika sosial, politik, budaya yang semakin berkembang sejalan dengan bertumbuhnya demokrasi dalam lingkungan tertentu. Sajian karikatur dalam media juga merupakan salah satu bagian dari kebebasan berpendapat, berekspresi, menyampaikan aspirasi, melakukan pengawasan, kritik dan koreksi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Dalam Teori uses and gratifications mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2007:192).
Teori Uses and Gratification sebagian besar diadopsi setiap kali muncul medium baru dengan tujuan untuk mengetahui alasan atau motif mengapa khalayak memilih untuk menggunakan medium tersebut. Menurut McQuail motifmotif tersebut terdiri dari motif informasi (information), identitas pribadi (personal identity), interaksi sosial (Integration and Social Interaction) dan kebutuhan hiburan (entertainment) berikut adalah alasan umum pemilihan media oleh khalayak (McQuail 1987: 73) :
Secara positif meme merupakan bentuk kontrol sosial, suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya kontrol sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.Pastinya lagi, kritik sosial yang disampaikan melalui karikatur tidak mengandung unsur anarki, dalam artian tidak seperti demonstrasi di jalanan yang bisa mengganggu arus lalulintas atau merusak fasilitas fisik sekitarnya.
Semoga tulisan ini bisa memberi/menambah wawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H