Mohon tunggu...
Khristi Rachma Puspita
Khristi Rachma Puspita Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Guru

22 Februari 2021   16:40 Diperbarui: 22 Februari 2021   16:57 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia berdiri sebagai keluhuran budi dalam ikatan yang kuat

Terbit menjadi matahari yang terang gantikan pekat malam tempat cinta disemai

Gelap menjadi ruang yang akan ia hempaskan segera saat pintu dan jendela dibuka

Tubuhnya ikuti deras arus waktu yang memompa kehidupan tanpa ragu-ragu untuk menjadi sandaran dari harapan yang tumbuh

Hatinya selalu terbuka dengan kata-kata yang mampu mencecap sabar meskipun terkadang peluh menjadi air mata ketika batang-batang pohon mati dari asa yang ia tanam

Ia menjadi rumah yang menunggu pertanyaan-pertanyaan anak-anak muda itu sebagai penghuni yang setia

Ia adalah semesta yang tak henti hentinya terbitkan matahari setelah pekat malam bertandang

Kediri, 18 Nopember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun