Ketika air mata masih peduli pada laku bisu gelandangan di depan pertokoan yang meradang rindu pada hangatnya rumah lalu rebah di atas lembaran koran bekas itulah aku
Sepanjang tangan mau tiadakan jarak antara yang dianggap berdaki dan berlumpur di kenang hidup lalu sujud pada suara-suara iman kau kan temui diriku
Saat kuasa air mata tak lagi merumput di padang penglihatan lalu gembira raut muka mengalir saja pun ketika duka kuasai geliat raga kau dapati diriku di situ
Ketika wajah selalu meringkuk dalam senyum dan berdendang melodi saat ayam-ayam peliharaan ibu mati walau ada pengharapan mimpi anaknya di situ saat tak ada lagi uang untuk bayar iuran sekolah itulah aku
Saat kusulam ruh pengakuanku atas kebenaran dalam tenggelamnya mentari di senja negeri yang rakus akan harta dan wajah-wajah pembual memaksaku mengakui dosa yang tak kulakukan, itulah diriku
Ketika masalah masih terbiarkan mendekam di sudut pikir dan kan kutemui jalan keluar lalu kubuka pintu penyelesaian itulah aku
Kediri, 25 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H