Mohon tunggu...
Khristi Rachma Puspita
Khristi Rachma Puspita Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Narasi Aku

25 April 2020   21:25 Diperbarui: 25 April 2020   21:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika air mata masih peduli pada laku bisu gelandangan di depan pertokoan yang meradang rindu pada hangatnya rumah lalu rebah di atas lembaran koran bekas itulah aku

Sepanjang tangan mau tiadakan jarak antara yang dianggap berdaki dan berlumpur di kenang hidup lalu sujud pada suara-suara iman kau kan temui diriku

Saat kuasa air mata tak lagi merumput di padang penglihatan lalu gembira raut muka mengalir saja pun ketika duka kuasai geliat raga kau dapati diriku di situ

Ketika wajah selalu meringkuk dalam senyum dan berdendang melodi saat ayam-ayam peliharaan ibu mati walau ada pengharapan mimpi anaknya di situ saat tak ada lagi uang untuk bayar iuran sekolah itulah aku

Saat kusulam ruh pengakuanku atas kebenaran dalam tenggelamnya mentari di senja negeri yang rakus akan harta dan wajah-wajah pembual memaksaku mengakui dosa yang tak kulakukan, itulah diriku

Ketika masalah masih terbiarkan mendekam di sudut pikir dan kan kutemui jalan keluar lalu kubuka pintu penyelesaian itulah aku

Kediri, 25 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun