Nah, ini pertanyaan yang paling saya tunggu. Kami menggelar #koinsastra--seperti tutur saya semula--bukan semata untuk mengumpulkan koin. Ada tawaran lain sebagai bukti cinta kami.
Pertama, Gerakan #koinsastra merancang kegiatan menggugah minat siswa SMP/SMA menjadikan PDS HB Jassin sebagai pusat #wisatabuku, konsepnya adalah 1 sekolah setiap minggu. Konkretnya, kita akan mengajukan penawaran kerja sama dengan Kemeterian Pendidikan untuk merekomendasikan wisata buku dalam kerangka pembelajaran Bahasa Indonesia. Relawan #koinsastra akan menggelar pertunjukan baca puisi, cerpen, lagu, atau tampilan lain yang membuat kunjungan itu lebih berkesan dan menyenangkan. Tawaran ini melintas guna mengantisipasi "sepinya" PDS HB Jassin. Apalah arti dana berlimpah yang dikucurkan atau dokumen yang sedemikian banyak, jika tak banyak anak bangsa yang mengetahui keberadaannya?
Kedua, Gerakan #koinsastra menawarkan pada pihak Pengelola PDS HB Jassin untuk memberikan bantuan pendokumentasian, pendataan buku baru, ataupun pemindahan data ke komputer. Relawan kami terjunkan secara bergantian--dengan membawa perbekalan sendiri, seperti gunting, kertas, dan lem--untuk memindahkan tumpukan koran menjadi kliping baru sesuai pola atau cara yang kerap dilakukan di PDS HB Jassin. Bahkan jika dibutuhkan, relawan siap memindahkan data sastra secara menual--semisal mengetik ulang--jika data awal sudah sulit dipindai secara digital. Kami juga akan menghimbau para penulis dan praktisi perbukuan--fiksi dan nonfiksi--untuk aktif mengirimkan karyanya ke PDS HB Jassin, sehingga data di PDS HB Jassin selalu bertambah dan selaras dengan pergerakan zaman.
Ketiga, Gerakan #koinsastra akan meminta kesediaan komunitas pencinta sastra atau perbukuan atau kebudayaan untuk menjadikan PDS HB Jassin sebagai basis kegiatan. Tersedia ruangan yang terpisah dari ruang dokumen yang memungkinkan komunitas untuk beraktivitas. Dengan demikian, kecintaan tidaklah terhenti sebatas di sumbangan satu atau dua koin, tapi terus berkesinambungan.
Keempat, Gerakan #koinsastra menawarkan program digitalisasi data sehingga selain data fisik, dokumen yang ada tersimpan secara "aman" dan rapi dalam bentuk digital. Bukannya meramalkan atau mengharapkan, ini penting dalam rangka mengantisipasi kejadian alam tak terduga yang membahayakan kselamatan dokumen. Sebut contoh sederhana, dokumen yang kerap digandakan lewat mesin pemindai atau foto copy menimbulkan efek panas pada kertas, semakin sering semakin berbahaya. Lewat digitalisasi, pun bisa mempermudah akses masyarakat yang membutuhkan keberadaan dokumen di PDS HB Jassin tapi berada jauh dari Jakarta.
Kelima, Gerakan #koinsastra akan mengajak relawan untuk menerjemahkan beberapa karya penting ke berbagai bahasa asing, sehingga aset bangsa semakin mudah diapresiasi oleh penikmat atau peneliti dari luar. Bahkan jika bisa semua dokumen dialihbahasakan, sehingga "hajat luhur" Bapak HB Jassin menjadikan PDS HB Jassin "mendunia" bisa terwujud.
Bagaimana jika pihak Yayasan atau Pengelola PDS HB Jassin menolak tawaran Gerakan #koinsastra?
Meskipun kami tidak membayangkan atau mengharapkan penolakan, tapi segalanya kami serahkan kepada pihak Yayasan dan Pengelola PDS HB Jassin. Ibarat pencinta, kami hanya manawarkan segala yang kami miliki. Jika ternyata tawaran kami bertepuk sebelah tangan, lazimnya pernyataan cinta, itu hal yang lumrah. Namun, jikalau boleh dan diperkenankan berharap, kami sangat ingin pihak Yayasan dan Pengelola PDS HB Jassin berkenan menerima tawaran kami, baik sebahagian apalagi secara keseluruhan.
Salam takzim, Gerakan #koinsastra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H