Bila kau tahu bagaimana sajak 'sidik jari' milik Gus Mus untuk Bu Nyai Fatma, pernahkah kau ingat akhir baitnya? 'alibimu tak bisa diterima, kau tak mungkin di tempat lain'.
Cinta seperti itulah yang aku maksud.
Andai kau sekali saja pernah mendengar, walau lirih dan sebentar, puisi Habib Quraish Shihab untuk kekasihnya; Â 'Saya akan menamaimu ana (saya), karena engkau adalah saya, dan saya adalah engkau. Kalau engkau berucap, kata hatiku yang engkau ucapkan. Kalau aku berkeinginan, keinginanku yang engkau wujudkan'.
Cinta seperti itulah yang aku maksud.
Jika tidak, biar aku ceritakan sepenggal kisah Habibi dan Ainun, Habibi yang 'memeluk kehilangan' pernah berkata pada Ainun yang setia. 'masa laluku adalah milikku, masa lalumu adalah milikmu. Namun masa depan adalah milik kita'.
Cinta seperti itulah yang aku maksud.
Aku terasa rumit untuk disederhanakan, rinduku terasa aneh bila direnungkan.
Sebelum selesai memahamiku, kau telah lebih dulu hilang.
Dan lupa bahwa aku, cintaku, hanya perlu dirasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H