Mohon tunggu...
Siti Khotimah
Siti Khotimah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Menulis adalah kegiatan budaya manusia untuk mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi, diri sejati yang tersembunyi dan bahasa yang tersembunyi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Pedofilia! Merusak Anak Sama dengan Merusak Generasi Bangsa

22 Juni 2023   11:20 Diperbarui: 22 Juni 2023   11:26 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva.com/Khotimah/

Saat ini dunia anak-anak sangat memprihatinkan, terutama di Indonesia. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan untuk merasakan dunia yang aman dan nyaman, kini dihantui oleh beberapa oknum predator seksual yang siap memangsa mereka kapan dan dimana saja. Pelaku bisa siapa saja, mulai dari orang terdekat seperti anggota keluarga, tetangga, sanak saudara, hingga oknum aparat pemerintahan dan keamanan.

Misalnya dalam suatu kasus yang menimpa seorang anak 9 tahun yang telah diperkosa oleh ayah tirinya sendiri selama 6 bulan lamanya. Si Anak takut bersuara karena mendapatkan ancaman dari pelaku, hingga hal tersebut diketahui oleh Bibinya, dengan kondisi korban sudah terluka bagian belakangnya. Pelaku melakukan aksinya disaat ibunya sedang pergi bekerja dan memaksa anak belia tersebut untuk berhubungan badan dengannya.

Hal tersebut tentunya bukan hal baru yang terjadi di Indonesia, seperti halnya kasus yang baru-baru ini terjadi, yakni ada seorang guru di Sekolah Dasar (SD) yang tega mencabuli anak muridnya sendiri. Bahkan baru-baru ini dikejutkan dengan pemberitaan bahwa terdapat 67 DNA yang berbeda pada anak usia 8 tahun, anak perempuan tersebut ditemukan di perbatasan Amerika Serikat yang diduga menjadi korban perdagangan manusia yang kira-kira telah disetubuhi puluhan kali, bahkan oleh penjaga keamanan.

Pelaku bisa kapan saja dan dimana saja membahayakan dan mencerabut rasa aman dari anak-anak yang tidak berdosa ini, jika memang adanya kasus kekerasan seksual terletak pada kesalahan korban yang memancing birahi pelaku, lalu apa yang menjadi penyebab anak-anak bisa memancing birahi pelaku?

Stop Pedofilia! Merusak Anak-Anak Sama Saja Merusak Bangsa

Fenomena demikian disebut dengan perilaku kelainan seks pedofilia, pedofilia adalah perilaku menyimpang yang menargetkan anak sebagai objek pelecehan atau kekerasan seksual. Menurut Sigmund Freud dalam bukunya yang berjudul Three Essays on the Theory of Sexuality, menyatakan bahwa penyebab perilaku pedofilia adalah insting seksual yang tidak bisa ditunda, ia akan mencari objek pemuas dengan segera, biasanya menggunakan orang yang lemah sebagai pengganti objek seksualnya.

Namun demikian, kasus pedofilia yang memakan korban anak-anak tersebut seringkali dianggap aib sosial bagi keluarga atau masyarakat setempat, sehingga tidak banyak dari mereka tidak menguak kasus ini keluar. Padahal disisi lain, korban sangat membutuhkan perlindungan dan pengusutan lebih dalam.

Tanpa adanya perlindungan, korban akan mengalami trauma psikis dan fisik yang berkepanjangan selama hidupnya. Memori buruk tersebut akan terus berputar sampai ia dewasa nanti. Maka, tidak jarang dari mereka yang menjadi korban pedofilia mengalami setres dan kehidupan yang penuh dengan rasa ketakutan dan ketidak amanan. Karena dibayang-bayangi oleh kenangan masa kecilnya yang buruk. Bahkan korban pedofilia dicap buruk dan tidak diterima sebagai calon pasangan yang sempurna.

Lemahnya Penegakan Hukum Pelaku Pedofilia

Dan sebagian orang tua yang malah meruntuki diri karena telah gagal menjaga anaknya, sehingga terlarut dalam kesedihan yang mendalam, sementara beberapa pelaku masih bebas berkeliaran tanpa pengadilan. Karena kasus pedofilia seperti gunung es, yang terlihat di permukaan hanya sebagian, sisanya mengendap karena selesai dengan kekeluargaan, bahkan ada celetukan "Ah lagian sama anak-anak", bahkan anak tersebut tidak bisa dikatakan korban karena tanpa ekspresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun