Mohon tunggu...
Alim Khoatami
Alim Khoatami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Maafkan Aku Bunda

22 Desember 2018   16:24 Diperbarui: 22 Desember 2018   16:37 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banjarmasin-Rasanya begitu haru ketika kita membaca kisah kisah tentang Ibu. Ya, siapa yang tidak punya Ibu, semua punya karena kita pasti dilahirkan dari rahim seorang wanita yang bernama Ibu. 

Selama sembilan bulan kita dikandungnya, dibawa kemanapun pergi, dijaganya dengan sangat baik dan kemudian dilahirkan dengan taruhan nyawa. Setelah lahir kitapun dirawat dengan penuh kasih sayang, maka tepatlah jika ada pepatah yang menyebutkan kasih Ibu bagaikan mentari yang menyinari dunia ini yang tidak akan padam sedikitpun. 

Aku berada di sebuah taman hijau yang indah dipenuhi dengan bunga-bunga merah yang bermekaran, di tengahnya ada kolam air bundar yang penuh dengan susu coklat yang sangat menggiurkan, di samping kolam itu ku temukan pantai dengan air yang biru, aku berlari menuju pantai dan masuk ke dalam airnya, "begitu sejuknya air ini" ucapku. 

Tapi aku berenang terlalu jauh dan aku mulai lelah, tiba-tiba tanganku tak lagi bisa ku gerakkan begitu juga dengan kakiku. Aku kehilangan kemampuanku untuk berenang. Perlahan tubuhku masuk ke dalam air yang begitu dalam aku berusaha minta tolong tapi tak seorangpun yang ada di sekitarku.

 Aku bingung, aku melonjak-lonjakan kakiku berusaha berenang tapi aku tak bisa. Aku mulai kehabisan napas, mulut dan hidungku penuh dengan air. "Ya Allah bantu aku" aku berdoa dalam hati.

Tiba-tiba...
Byuuurrr. Seember air menyiram mukaku...
"Liat jam tuh, mau libur kamu sekolahnya hari ini, kalau masalah bangunin kamu kalau gak kayak gini gak akan berguna" ucap Bundaku marah.
"Iya bun, bentar lagii!" jawabku.

"Liat jam tuh, mau dihukum sama pak udin lagi"
Dengan mata yang masih ngantuk aku menatap jam di dinding kamarku.
"HAH, udah jam delapan?"
Aku bergegas menuju kamar mandi. Dengan sabarnya Bundaku menyiapkan buku dan seragam sekolahku.
Selesai mandi aku segera bersiap, tanpa mencium tangan bundaku aku berangkat menuju sekolah.
"Jangan lupa makan, uang jajan kamu udah bunda tambah buat kamu makan di sekolah!" ucap Bundaku dari jauh.
"Iyaa bun" Jawabku.

Sesampainya di sekolah, guru fisika yang paling tidak pengertian menurutku sudah berada di dalam ruangan. Dengan sedikit omelan aku diperbolehkan untuk mengikuti pelajaranku hari ini.
"Anak-anak sekarang kumpulkan buku kalian" ucapnya.

Aku membuka tas ranselku dan mencari buku Pr fisika ku, tak ku temukan buku itu dimanapun. "Pasti bunda lupa sama buku Pr-ku, ini nih susahnya punya Bunda gak sekolah" gumamku marah. Aku kesal karena Bundaku lupa dengan Pr yang sudah susah-susah aku kerjakan. Aku minta izin keluar dan segera menelpon bundaku.

"Iyaa, ada apa?" Jawab Bundaku di ujung telpon.
"Bunda lupa sama Pr aku yaa, bunda gak tahu sih tadi malam Naa begadang buat ngerjain Pr itu, kalau sekarang gak dikasihin sama Bu Guru, aku gak dapat nilai trus gak naik kelas kalau sampai aku gak naik kelas itu gara-gara Bunda ya, kalau tau bakalan kayak gini mending aku gak masuk aja dari tadi, atau sekalian Pr-nya gak Naa kerjaiin, Bunda sengaja ya mau bikin Naa gak naik kelas biar kita sama, aku gak mau sama kaya Bunda.  mau pintar gak mau bodoh kayak Bunda, aku gak mau punya anak tanpa ayah sama kayak bunda"
"Naa, bunda minta maa..."

Tuuuttt... tuuuttt... Aku menutup telponnya setelah puas melimpahkan kekesalanku dengan Bundaku. Aku tak peduli bagaimana dengan keadaan bundaku di rumah.
Hari itu aku tidak masuk kelas lagi, aku bolos dengan beberapa temanku. Kami pergi ke pantai dekat dengan sekolahku. Kami di pantai sampai sore, malam ini aku juga tidak pulang ke rumah aku menginap di rumah temanku. HPku ku matikan agar tak ada gangguan dari siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun