Rasanya saya ingin marah dengan anak-anak itu. Ugal-ugalan, tidak memakai helm, telon -bertiga-, usia di bawah umur, dan berkeliaran di jalan raya. Tetapi saya pendam dalam hati dan bergumam sendiri. Bagaimana bisa mereka semudah itu menaiki kendaraan bermotor tanpa didampingi oleh orang tua atau orang dewasa? Atau bahkan orang tua memberikan izin kepada anak-anak di bawah umur untuk bebas mengendarai sepeda motor. Sejauh ini, saya banyak menjumpai anak-anak di bawah umur naik sepeda motor, belum mobil. Miris dan memprihatinkan. Apesnya, saat anak-anak itu melintas di jalan raya, beberapa polantas lengah dan tidak melihat mereka. Apakah mereka tidak tahu bahaya yang mengincar? Selain kecelakaan, banyak kejahatan yang anak-anak itu -mungkin- belum bisa menghadapinya.Â
Saya selalu berusaha melaju dengan kecepatan 40 km/jam selebihnya maksimal 60 km/jam (kalau perjalanan luar kota). Tiba-tiba di sebelah kiri anak-anak itu mendahului saya dengan percaya diri, ngebut, dan itu artinya mereka tidak paham bahwa mendahului dari sebelah kiri membahayakan diri sendiri. Bersyukur saya melihat pergerakan anak-anak itu dari spion kiri. Kalau tidak, gubrak! Nah, di sini saya berharap agar para kompasianer (yang sudah menjadi orang tua) yang memiliki anak-anak di bawah umur untuk mengingatkan, menegur, kalau perlu melarang anak-anak di bawah umur untuk tidak mengendarai sepeda motor. Dan untuk para kompasianer yang belum genap 17 tahun atau belum memiliki SIM, sebaiknya tidak membawa sepeda motor di jalan raya. Dengan komunikasi yang baik dan terarah, saya yakin, anak-anak dapat menerima penjelasan dari para orang tua. Apa pun alasannya, sebaiknya orang tua mengantar anak-anak di bawah umur hingga tujuan yang mereka inginkan. Semua ini demi keselamatan mereka sendiri.Â
Saya berharap, di kota tercinta saya ini dan kota-kota sekitarnya, kembali menertibkan situasi ini agar tidak mudah memberikan izin kepada anak-anak di bawah umur untuk membawa sepeda motor. Seperti di Kota Purwakarta, telah dikeluarkan kebijakan dengan melarang anak-anak di bawah umur dan pelajar membawa sepeda motor. Sumber link http://nasional.news.viva.co.id/news/read/684820-purwakarta-larang-anak-di-bawah-umur-kendarai-motor?ref=yfp&linkId=17809995 Anak-anak di bawah umur memiliki emosional yang belum dapat dikontrol. Ketika ditegur pun, mata mereka justru melotot ke arah saya. Diminta untuk pelan-pelan justru digas kencang dan digleyer-gleyer. Jangan sampai orang tua merasa mampu membelikan sepeda motor untuk anak-anak di bawah umur ini lantas menuruti semua kemauan mereka. Sangat berbahaya! Saya pun pernah menjadi muda, saya pernah alami kecelakaan sekali karena saya nekat ke sekolah (SMU) bawa kendaraan bermotor, dan babak belur wajah saya. Saya kena marah oleh orang tua. Saya merepotkan orang tua karena mereka harus mengganti biaya kerusakan kendaraan yang saya gunakan dan saya tabrak.Â
Dalam hal ini, saya pun akan berusaha selalu mengingatkan anak-anak saya kelak, untuk tidak membawa sepeda motor ke sekolah atau sekadar keliling Kota Solo, kecuali anak-anak saya sudah memiliki SIM. Saya bersedia mengantar ke mana pun mereka mau, selagi saya masih hidup dan kuat berpetualang. Jadi, bagaimana dengan para kompasianer, apakah setuju jika anak-anak di bawah umur sebaiknya naik sepeda onthel/sepeda kayuh saja? Salam damai. :)Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H