Mohon tunggu...
Khomariyah AnggunPitaloka
Khomariyah AnggunPitaloka Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa jurnalistik uin syarif hidayatullah

saya mahasiswa semester 2 di uin syarif hidayatullah, berada di fakultas dakwah dan ilmu komunikasi dan mengambil prodi jurnalistik, saya suka membaca dan menulis cerita, juga berakting.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Pemilihan Topik dalam Membuat Pidato

21 Mei 2024   22:53 Diperbarui: 21 Mei 2024   22:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Dr. Syamsul Yakin dan Khomariyah anggun (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Dokumen Pribadi

Berbicara di depan umum adalah seni yang bisa dipelajari. Keterampilan ini membutuhkan latihan dan kebiasaan dalam berbicara kepada khalayak. Selain itu, pidato yang efektif membutuhkan penguasaan bahasa yang kuat agar penyampaian menjadi beragam, meyakinkan, dan estetis.

Penguasaan baik dalam keterampilan berbicara maupun pemahaman linguistik penting untuk berbagai tujuan pidato, baik itu untuk memberi informasi, meyakinkan, atau menghibur. Persiapan yang matang adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Langkah awal dalam persiapan adalah memilih topik pidato. Ini adalah materi utama, seringkali bersifat umum dan abstrak. Topik ini menjadi dasar pidato dan biasanya diuraikan menjadi judul spesifik. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan pidato: apakah untuk memberi informasi, meyakinkan, atau menghibur. Idealnya, sebuah pidato sebaiknya mencakup ketiga elemen tersebut, meskipun satu tujuan utama harus diidentifikasi. 

Sebagai contoh, pidato seorang menteri cenderung lebih informatif. Pidato seorang politisi cenderung persuasif, sementara pidato seorang seniman lebih menghibur. Namun demikian, pidato seorang pembicara agama, baik di atas panggung, di mimbar, atau melalui media lain, sebaiknya mengintegrasikan elemen informatif, persuasif, dan menghibur secara bersamaan. 

Agar pidato memiliki dampak dan kualitas yang tinggi, fase persiapan berikutnya melibatkan studi literatur yang relevan dengan topik dan judul pidato, serta membangun fondasi epistemologis yang kuat. Literatur ini meliputi tidak hanya buku tetapi juga hasil survei dan dokumen. Bagi pembicara agama, tahap ini mungkin lebih luas, dimulai dengan memahami Al-Quran, Hadis Nabi, karya-karya ulama, dan disiplin ilmu pendukung seperti ilmu sosial dan humaniora. 

Tahap selanjutnya adalah teknis, yang melibatkan pembuatan kerangka pidato yang mencakup pengantar, isi, dan penutup. Pengantar sebaiknya singkat, dengan fokus utamanya adalah menyajikan judul pidato dalam bentuk pertanyaan. Isi utama pidato sebaiknya sederhana dan mudah diingat. 

Menggunakan metode numerik, seperti menyebutkan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Dalam khotbah agama, misalnya, tiga ciri munafik dapat diuraikan sebagai: pertama, kedua, dan ketiga. Penutup pidato sebaiknya menyimpulkan secara ringkas isu-isu yang diangkat dalam pidato, singkat karena isi utama sudah menjelaskan detailnya. 

Tahapan persiapan tambahan mungkin diperlukan tergantung pada materi dan tujuan pidato. Media dan audiens juga memengaruhi persiapan pidato. Misalnya, persiapan pidato untuk televisi berbeda dengan persiapan untuk radio, dan persiapan pidato seorang politisi berbeda dengan seorang seniman atau pembicara agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun