Mohon tunggu...
Kholil Rokhman
Kholil Rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - IG di kholil.kutipan

Manata hati merawat diri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais dan Cerita Ketokohan yang Meluntur di Internal Parpol

13 Februari 2020   18:52 Diperbarui: 13 Februari 2020   18:47 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com

Amien Rais adalah tokoh terkemuka Indonesia di masa reformasi lebih dari 20 tahun yang lalu. Dia adalah figur yang ditunggu pernyataannya saat itu. Di masa itu pula, tokoh terkemuka muncul ke permukaan. Ada Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, ada Megawati Soekarnoputri, ada Sri Sultan Hamengkubuwono X, ada Akbar Tanjung, ada BJ Habibie, ada Wiranto, dan seterusnya.

Apa yang diungkapkan para tokoh itu sangat ditunggu sebagai sebuah informasi, petuah, dan perintah oleh kelompoknya masing-masing. Sebagian dari nama-nama di atas juga menjadi pemimpin partai politik. Ketokohan menjadi faktor cukup penting untuk menarik massa, menarik suara, menarik perhatian.

Namun, seiring berjalannya waktu, tokoh ternyata hanya sekadar tokoh, setidaknya di lingkungan internal partai politik. Pertarungan kekuasaan di partai politik bahkan bisa membuat  sang tokoh kalah atau tersingkirkan. Ada pula tokoh yang kemudian "digembosi" oleh orang partainya sendiri.

Gus Dur adalah cerita pertama ketika dia akhirnya kalah dengan keponakannya sendiri, Muhaimin Iskandar. PKB kubu Muhaimin secara fakta mengalahkan PKB Gus Dur. Akhirnya, sejak Pemilu 2009, Muhaimin jadi nakhoda PKB. Sosok Gus Dur memang masih 'digunakan' untuk menarik massa kaum nahdliyin. Tapi, faktanya adalah bahwa Muhaiminlah yang memimpin PKB.

Di Hanura, Wiranto adalah pendirinya. Dalam kepemimpinan Wiranto, Hanura 2 kali lolos ke DPR RI. Namun, di Pemilu 2019, Hanura tak lagi dipimpin Wiranto. Ketika Hanura tak lagi lolos ke DPR, polemik sempat muncul. Wiranto yang adalah pendiri sekaligus tokoh seperti diserang oleh sebagian kader Hanura.

Amien Rais memang seperti tak pernah diserang dari dalam. Sejauh ini tak ada pernyataan sangat vokal dari kader PAN yang menyerang Amien Rais. Namun, fakta politik mengatakan bahwa Amien tak lagi kuat di PAN. Terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN menjelaskan bahwa Amien tak lagi memiliki kekuatan. Calon yang didukung Amien, yakni Mulfachri Harahap harus keok.

Ketiga tokoh di atas memang memiliki posisi bukan sebagai ketua umum ketika mulai kalah pamor. Ada indikasi kuat bahwa ketokohan hanyalah ketokohan dan tak berbanding lurus dengan dukungan suara di pemilihan atau di kontestasi internal partai.

Maka, ketokohan saja sepertinya memang tak cukup untuk 'mengatur' partai. Selain ketokohan, juga harus menjadi pemimpin puncak. Sesuatu yang ada di PDI Perjuangan, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra. Parpol saat ini memang tak memuja tokoh saja dalam kontestasi politik sesungguhnya di internal partai. Ketokohan sepertinya hanya untuk menarik massa.

Inilah fenomena baru dalam perpolitikan Indonesia. Ketokohan mulai luntur, apalagi jika tak menjadi ketua umum. Mungkin karena para aktor partai belakangan ini memang tak lagi memandang tokoh saat kontestasi internal terjadi. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun