Lelaki ini adalah bagian dari Timnas Argentina di Piala Dunia 1990. Kala itu rambutnya masih gondrong. Striker yang memakai nomor punggung 3. Ya, dialah Abel Aduardo Balbo. Saat Piala Dunia 1990, usianya masih cukup muda 24 tahun.Â
Di laga pertama kala melawan Kamerun, Balbo yang saat itu masih bermain di Udinese, dimainkan penuh oleh Carlos Bilardo. Namun, kepercayaan Bilardo tak dimanfaatkan dengan baik. Balbo bermain buruk, Argentina kalah 0-1. Di laga itu pula, Bilardo memasukkan Claudio Caniggia, yang kemudian lebih dikenal sebagai striker andalan Argentina di Piala Dunia 1990.Â
Balbo tak pernah main lain di laga sisa Argentina pada Piala Dunia 1990. Tercatat, Balbo hanya bermain satu kali di Piala Dunia 1990. Nama Balbo tak gemerlap di Piala Dunia 1990.
Namun, beda ceritanya jika sudah bicara Liga Italia. Balbo jadi andalan di Udinese. Pada musim 1990-1991, dia menjadi pencetak gol terbanyak Udinese di Serie B. Musim 1992-1993, dia menjadi pencetak gol terbanyak bagi Udinese di Liga Italia Serie A. Kala itu, dia membuat 21 gol.Â
Balbo di musim 1992-1993 hanya kalah dari Giuseppe Signori yang jadi pencetak gol terbanyak Liga Italia dengan 26 gol. Moncer bersama Udinese, Balbo kemudian berlabuh di AS Roma pada musim 1993-1994. Pelan tapi pasti, namanya menjadi harum di Roma.Â
Musim pertama tak terlalu bagus karena Balbo hanya membuat 12 gol. Namun, jumlah itu adalah yang terbaik di antara pemain Roma yang lain. Musim selanjutnya, pada 1994-1994, ketajamannya makin menjadi. Dia membuat 22 gol dan hanya kalah dari Gabriel Batistuta yang jadi topskor Liga Italia musim itu.Â
Sempat tenggelam di musim 1995-1996, Balbo membuat 17 gol di musim 1996-1997. Semusim setelahnya dia membuat 14 gol. Sekalipun tak pernah menjadi pencetak gol terbanyak Liga Italia, Balbo sangat disanjung para pendukung AS Roma. Bersama Daniel Fonseca, Balbo adalah andalan di lini depan Roma.Â
Sepelas dari Roma, Balbo pindah ke beberapa klub, sebelum akhirnya dia kembali ke Roma di musim 2000-2001. Di saat itu, usia Balbo sudah 35 tahun. Dia pun hanya menjadi pilihan ke sekian dari pelatih. Maklum di musim itu, Roma memiliki Gabriel Batistuta, Vincenzo Montella, Marco Delvecchio, dan tentu Francesco Totti.Â
Namun, justru di usia senja itulah Balbo merasakan juara Liga Italia bersama AS Roma. Walaupun dia hanya bermain dua kali dalam satu musim, sebuah statistik yang rendah, kalau tak mau dibilang buruk.Â
Namun, Balbo tak kecewa dengan statistiknya. Rasa cintanya pada Roma melebihi statistiknya yang buruk kala itu. "Saya selalu ingin mendapatkan yang terbaik bagi Roma dan untuk Roma. Saya selalu memimpikan itu, sekalipun saya tak banyak bermain," kata Balbo di situs AS Roma. Â
Bahkan, saking mendarah dagingnya Balbo dengan AS Roma, saat perayaan juara di ruang ganti, nama Balbo dinyanyikan oleh rekan-rekannya. Bahkan, sekalipun dia sudah jarang main untuk AS Roma di musim 2000-2001, para fans Roma tetaplah menyanyikan nama Balbo saat perayaan juara. Sebab, fans Roma pun tahu, seperti apa hebatnya dedikasi Balbo untuk AS Roma. (*)