Manuel Belgrano, seorang ekonom, praktisi hukum, politisi, dan pemimpin militer membawa panji bitu-putih-biru, saat perang kemerdekaan Argentina. Lelaki itu ada di kelompok patriotik bersama  Juan Jos Castelli dan Jos de San Martn, tentu juga dengan pasukannya.
Mereka itu melawan loyalis kerajaan Spanyol. Perang berkecamuk pada tahun 1810 sampai 1818. Sejarah kemudian meletakkan Manuel Belgrano sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan Argentina. Bendera yang dibawa Belgrano kemudian ditahbiskan sebagai bendera Argentina.
Awalnya tak ada matahari di tengah bendera biru-putih-biru itu. Lalu, pada 1818, diletakkanlah gambar matahari di tengah-tengah bendera yang dibawa Belgrano itu. Matahari, jadi simbol cerita tentang Matahari di Bulan Mei. Cerita tentang usaha kemerdekaan sebagian negara-negara di Amerika Selatan pada 1810. Matahari di Bulan Mei ini juga ada di bendera Uruguay, namun digambar dengan modifikasi yang berbeda. Maklum saja, dulu kala Uruguay adalah bagian dari Argentina. Matahari seperti di bendera Argentina dicontek dari gambar matahari di koin yang pertama kali muncul di Argentina tahun 1813.
Cerita matahari itu seperti bertautan dengan cerita Argentina di ajang sepak bola, khususnya piala dunia. Negeri itu memang membutuhkan matahari, yang sinarnya bisa menerangi, sekaligus menenggelamkan kebesaran percikan sinar yang lain.
Timnas Sepak Bola Argentina ditakdirkan membutuhkan matahari. Paling tidak itulah yang terjadi saat Piala Dunia 1978 dan 1986. Di piala dunia 1978, hanya ada satu matahari yang muncul. Dia adalah Mario Kempes. Paling tidak, sejak awal gelaran Piala Dunia 1978, tanda kemataharian Kempes terlihat.
Kempes adalah satu-satunya pemain di skuat Argentina di Piala Dunia 1978 yang bermain di luar Argentina. Saat itu, dia bermain di Valencia, Spanyol. Sementara, pemain Argentina lainnya, adalah pemain dari klub lokal.
Sebenarnya ada juga matahari yang bisa bersinar di Piala Dunia 1978. Dialah Diego Maradona. Namun, sang pemain masih berusia 17 tahun. Pelatih Argentina Cesar Luis Menotti menilai Maradona masih terlalu muda untuk mendapatkan tekanan di piala dunia. Bisa jadi juga, Menotti tak mau membuat matahari kembar dengan memasukkan Maradona ke skuat.
Sempat redup di awal kejuaraan, Kempes menunjukkan ketajamannya. Setelah kumisnya dicukur, ketajaman Kempes menggila. Di babak grup kedua dan final, total dia membuat enam gol. Dua gol di antaranya dibuat di final. Argentina juara setelah di partai puncak mengalahkan Belanda 3-1.
Kempes jadi matahari yang bersinar di ajang itu. Dia menjadi pencetak gol terbanyak turnamen dengan enam gol. Memang ada kapten Daniel Passarella, Osvaldo Ardilles, namun keduanya melambung setelah piala dunia usia. Keduanya pun bermain di luar Argentina usai piala dunia. Bahkan Passarella baru pergi ke Eropa tahun 1982.
Tahun 1986, matahari itu ada pada diri Maradona. Kala itu, dia berusia 25 tahun. Semua pemain Argentina tenggelam atas sinar gemilang Maradona. Pada Piala Dunia 1986, Maradona dikenal karena kebrilianannya dan kenakalannya. Ingat saja, bagaimana dia membuat dua gol kontras saat melawan Inggris. Satu gol dinilai sebagai gol terbaik dunia dan satu gol adalah kecurangannya karena membuat gol dengan tangan.
Maradona mampu membawa Argentina juara Piala Dunia 1986. Dia membuat lima gol dan jadi pemain terbaik turnamen. Di awal Piala Dunia, potensi adanya dua pemimpin bisa saja terjadi. Sebab, Daniel Passarella ada di skuat. Daniel Passarella adalah orang dari Piala Dunia 1978 yang tersisa di skuat Piala Dunia 1986. Namun, pelatih Argentina kala itu, Carlos Bilardo memilih tak memainkan Passarella sekalipun di Piala Dunia 1986. Potensi matahari kembar tak terjadi.
Di tahun 1990 an, ada yang namanya Gabriel Batistuta. Dia adalah striker jempolan dan bisa jadi matahari bagi Argentina. Namun, kekuatan Batistuta kalah dahsyat dibandingkan Kempes atau Maradona. Lihat saja bagaimana Batistuta ada di Fiorentina.
Batistuta memang legenda di Fiorentina. Namun, dia tak bisa membawa Fiorentina juara Liga Italia. Bandingkan dengan Maradona yang bisa menyulap Napoli menjadi raksasa di Italia. Bahkan, Maradona ikut andil besar membawa Napoli juara Liga Italia sampai dua kali.
Di Timnas Argentina, Batistuta juga harus berbagi sinar dengan beberapa pemain lain kala itu yang tak kalah mentereng. Misalnya, Diego Simeone, Juan Veron, Ariel Ortega, bahkan Hernan Crespo. Tiga kali Batistuta bermain di piala dunia, tiga kali pula Argentina tak mampu jadi juara.
Kini, matahari Argentina bernama Lionel Messi. Tak usah diragukan lagi jika Messi adalah pemain terbaik dunia saat ini. Saingannya hanya Cristiano Ronaldo. Messi mampu membawa Barcelona juara Liga Champions empat kali, dia mampu menjadi pemain terbaik dunia sampai lima kali.
Pada Piala Dunia 2014, Messi nyaris jadi matahari yang bersinar terang. Dia pun bisa meredupkan pemain lain seperti Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Angel Di Maria. Namun, saat itu, Messi meredup di akhir turnamen. Argentina gagal jadi juara karena kalah 0-1 dari Jerman di final.
Sampaoli dan juga pendahulunya, sepertinya memahami bahwa takdir Argentina adalah menemukan satu matahari, bukan menabur banyak bintang. Karena itu Sampaoli berulang kali ingin membuat Messi sebagai matahari dan yang lain adalah pengeliling agar mendukung Messi jadi matahari sebenarnya bagi Timnas Argentina.
Sebab, jika mengacu pada fakta, Argentina jelas memiliki banyak bintang. Di lini depan saja, Argentina memiliki Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Mauro Icardi, Paulo Dybala. Di tengah Argentina memiliki Javier Mascherano, Angel Di Maria, Ever Banega, Lucas Biglia. Jadi Argentina memang sudah memiliki bertabur bintang. Tapi mereka membutuhkan satu matahari. Apakah Messi akan menjadi matahari sebenarnya bagi Argentina seperti Kempes di tahun 1978 dan Maradona di tahun 1986. Kita tunggu saja Piala Dunia 2018, yang bisa jadi piala dunia terakhir bagi Messi. Namun, tugas Messi yang terdekat bukan piala dunia. Dia harus bisa membawa Argentina lolos ke Rusia 2018. Empat laga sisa di kualifikasi Piala Dunia 2018 adalah tantangannya.
Tapi sebentar. Potensi membuat sang matahari Tango goyang bisa saja terjadi. Khususnya jika Mauro Icardi, yang muda dan punya kepemimpinan masuk di skuat Argentina. Ini adalah pertaruhan Sampaoli. Jika Icardi bisa jadi matahari lain di Timnas Argentina, maka potensi matahari kembar akan terjadi. Selain melihat aksi Messi, kita juga bisa menunggu bagaimana nasib Icardi, dan polesan Sampaoli untuk mengatur timnya tak goyah dengan potensi matahari kembar. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H