[caption caption="MukernasPKB Tahun 2016"][/caption]JAMAN SUDAH BERUBAH menjadi modern ditandai banyak orang pegang handphone Androit. Namun begitu, Kang Takur masih setia menggunakan bakiak kayu sonokeling sebagai pelapis kulit kaki agar tidak kepanasan saat menapaki jalan aspal hotmik di siang bolong.
Sarung kotak-kotak selalu membelit badan bagian bawah. Sedangkan badan bagian atas ia lapisi baju putih lengan panjang. Di kepala seringkali kopiah kain warna krem coklat muda menempel menutupi sebagian rambut hitamnya.
Siang menjelang duhur itu Kang Takur berjalan ke langgar di Dusun Mentaok, kawasan permukiman para petani kopi di ujung Desa Selorejo. Jam masih menunjuk angka 11.00, sebentar lagi waktu dhuhur tiba. Kang Takur ke langgar untuk berjamaah duhur sekaligus beradzan saat nanti waktu duhur tiba.
Masih sekitar 30 menitan lagi dhuhur tiba, di serambi langgar Kang Takur duduk di tangga depan. Sambil melepas kopiahnya, ia mengusap-usap rambutnya yang masih basah. Sekelebatan lewatlah Kang Harun menyapa Kang Takur sambil menyodorkan handphone yang sudah menyala layarnya.
“Kang Takur, tolong bacakan SMS di henpon ini,” pinta Kang Harun sambil memperlihatkan layarnya.
“Ada apa kang? Ada yang aneh dengan hape sampean, ya?” jawab Kang Takur.
“Bukan. Ini di hape saya kok ada pesan masuk banyak sekali. Panjang gitu. Biasanya hanya SMS pendek. Cepat lelah kalo baca panjang gitu. Kacamata saya kesingsal (lupa menaruh di mana, Red.),” katanya.
“Ouhhh, itu mungkin pesan penting, ya?”
“Ah, mosok. Panjang pendek pesan itu tidak selalu penting. Penting itu ya tergantung selera, to?”
“Ya ya ya. Sini saya bacakan. Dengarkan baik-baik ya?”
Begini bunyi pesan buat Kang Harun yang dibacakan Kang Takur: