[caption caption="H Yaqut Cholil Qoumas dan Ir M Nasim Khan [foto: kholilul rohman ahmad]"][/caption]PERJUMPAAN TIDAK BIASA: Ketum Ansor Dan Sekjend Majelis Pesona --Perjumpaan Gus Tutut dan Bang Nasim bersifat seperti tidak biasa –mau kusebut istimewa kok kayaknya lebay gitu. Peristiwa ini terjadi di ruang kerja Bang Nasim, lantai 14 Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pekan lalu (10/02). Perjumpaan itu dilanjut bincang ringan tentang pergulatan para Anggota DPR lintas fraksi di Komisi VI. Kudengar mereka berdua berbisik dan sepakat mengikuti air mengalir. Lho, memangnya, ada isu panas apa di Komisi VI DPR? Googling aja yaa…
Ikut air mengalir? Mau basah-basahan, kah? Mereka di DPR untuk rakyat. Bukan untuk basah-basahan. DPR itu bukan kolam renang, Bung! #PKBmembelaRakyat
Sebelumnya, Gus Tutut duduk di Komisi III membidangi hukum dan kawan-kawannya. Terhitung sejak perjumpaan itu ia bergeser ke Komisi VI. Sementara Bang Nasim sejak awal pelantikan dipercaya ‘nongkrong’ di Komisi VI dan menjadi Kapoksi-nya hingga sekarang. Bersama tiga anggota FPKB lain (Erma Mukarromah, Eem Marhamah, dan Kholilurrohman) diberi amanat memperjuangkan rakyat melalui BUMN, Koperasi, KPPU, Badan Standarisasi Nasional, perindustrian, dan perdagangan yang menjadi bidang garap Komisi VI.
Gus Tutut, panggilan ciamik H Yaqut Cholil Qoumas, baru saja didaulat kaum Ansor dan barisan Banser menjadi Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor periode 2015-2020 hasil Kongres XV di Yogyakarta. Namun di DPR mewakili rakyat Dapil Jawa Tengah X meliputi Pekalongan, Pemalang, Batang. Tentu saja di dapil Jateng X itu ada unsur Ansor, Banser, dan kawan-kawannya NU.
Bang Nasim, panggilan mesra istrinya kepada Ir M Nasim Khan, tak lepas sam'am wa tha'atan sebagai Sekretaris Jenderal Majelis pecinta Sholawat Nusantara (Majelis Pesona). Duduk di DPR karena menyunggi ribuan aspirasi rakyat Dapil Jawa Timur III meliputi Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.
Wouwwwww, ribuan aspirasi? Jika rupa aspirasi itu kacang tanah bisa buat peyek, dong?
"Ini soal #amanat rakyat, Mas. Beliau dan para masayikh lah yang mengantar sampai di Senayan," katanya. "Beliau" adalah KH R Muhammad Cholil As'ad Syamsul Arifin. “Masyayikh” adalah kiai, ulama, dan guru ngaji yang setia merawat tradisi ngaji pondok pesantren dan majelis taklim.
Lalu, apa hasil bincang ringan mereka? Anda cari di #Google pasti tidak ketemu. Sumprit!
[kra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H