Selamat siang. Sambil menikmati santap siang yang sedang Anda nikmati, entah soto, bakso, nasi rames, gule, tongseng, atau tahu kupat, perkenan saya menyampaikan sekelumit nilai #MukernasPKB yang akan digelar, besok Jumat (5/2). Hal ini saya rasa penting dan perlu didedahkan agar publik konstituen dan masyarakat umum bisa memaknai konteks #MukernasPKB. Meskipun secara sadar penjelasan ini belum tentu menjelaskan secara utuh dan komprehensif. Semacam sekilas pandang sebagai kader dan penggembira, maka perkenankanlah artikel pendek ini dihadirkan.
Momentum Musyawarah Kerja Nasional Partai Kebangkitan Bangsa (Mukernas PKB) digelar tahun ini bertujuan agar kebersamaan guyup dan rukun selalu melekat dalam perjuangan PKB. Tema “Holopis Kuntul Baris: Menangkan Rakyat dalam Persaingan Global” menjadi judul dari harapan itu.
PKB sebagai salah satu kekuatan bangsa Indonesia yang semakin diperhitungkan dalam kancah politik nasional, basis politik PKB yang mayoritas santri menghendaki keterlibatan PKB bukan sekedar pengesah pemerintahan yang ada. Lebih dari itu keinginan agar selalu terlibat aktif mengelola pemerintahan adalah harapan yang terus tumbuh dalam ruang batin para penggerak PKB.
Sejak jalan Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PKB telah membuktikan bagaimana keterlibatan mengelola pemerintahan itu dengan teguh dan loyal. Buktinya, loyalitas ditunjukkan dengan sikap bukan sekedar penopang kekuatan politik rezim SBY, namun ikut mengurusi detail-detail persoalan kerakyatan yang diselesaikan secara tuntas tanpa masalah.
Nah, momentum #MukernasPKB tahun 2016 ini kembali ditegaskan PKB sebagai bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo yang teguh dan loyal. Sikap teguh dan loyal menjadi sifat PKB karena sadar problem kerakyatan bangsa Indonesia membutuhkan penyelesaian dengan kekuatan politik yang prima.
Bagaimana agar loyalitas PKB terhadap pemerintahan ini bisa berjalan langgeng? Kuncinya ada pada kerukunan dan kebesamaan semua komponen di tubuh PKB dalam memaknai rahmatan lil ‘alamin agar jalur-jalur masalah bisa ditembus PKB kemudian menjadi maslahah (kesejahteraan). Di sinilah berkah PKB harus tumbuh sejalan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Sudah. Pesannya begitu, Kang. Panjang dan melegakan to?”
“Oalah, MukernasPKB begitu, to? Saya kira pesan apa. Berarti PKB itu memang penting untuk Indonesia, ya?”
“Ya jelas. Sejak Gus Dur mendeklarasikan PKB sudah diterawang bahwa betapa penting kaum santri mengarungi dunia politik. Biar tidak dipolitiki terus. Jadi santri itu harus melek politik. Bukan melek henpon Androit saja.”
“Hehehe… ya iya lah, Kang.”