Mohon tunggu...
Kholilurrohman HI
Kholilurrohman HI Mohon Tunggu... -

more about me?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soeharto Menjadi Pahlawan Nasional

24 Oktober 2010   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perdebatan mengenai siapakah yang pantas menyabet gelar pahlawan kini telah usai. Setelah penyaringan yang dilakukan pemerintah akhirnya didapatkan 10 nama calon pahlawan nasional.

Mereka adalah Ali Sadikin dari Jawa Barat, Habib Sayid Al Jufrie dari Sulteng, HM Soeharto dari Jawa Tengah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jawa Timur.

Selanjutnya Andi Depu dari Sulawesi Barat, Johanes Leimena dari Maluku, Abraham Dimara dari Papua, Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan, Pakubuwono X dari Jawa Tengah, dan Sanusi dari Jawa Barat.

Diantara nama-nama tersebut yang masih menjadi pro kontra ditengah-tengah masyarakatyaitu almarhum Presiden Soeharto dan Abdurrahman Wahid. Banyak yang mendukung Presiden Soeharto menjadi pahlawan, tetapi juga tidak sedikit yang menolaknya. Bahkan para aktivis masih terus melaksanakan aksi protesnya untuk menolak keputusan itu.

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan, beliau berpendapat bahwa diangkatnya presiden Soeharto telah melanggar Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. karena dianggap akan menghentikan pengusutan kasus KKN yang pernah dilakukan oleh almarhum.

Menurut saya, pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Presiden Soeharto dan Abdurrahman Wahid memang pantas diberikan. Karena walaubagaimanapun mereka pernah menjadi penguasa di negeri kita. Seorang penguasa hanyalah manusia biasa yang sudah pasti mempunyai kelebihann dan kekurangan. Untuk itu marilah kita memandang suatu permasalahan dengan pikiran yang positif.

Seandainyai Gus Dur melihat itu semua pasti beliau akanberkomentar, “Gituaja kok repot.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun