Ngaji Kitab Tasirul Kholaq (by KH. Zainal Ariffin Al-Nganjuk'i)
Menjadi seorang santri, siswa, peserta didik, mahasiswa, mahasantri, singkatnya penuntut ilmu tentu memiliki ciri khas tersendiri, dari sekian banyak ciri khas tersebut, salah satunya adalah karakter (adab) dalam menuntut ilmu. Dalam kitab Tasirul Kholaq dijelaskan terdapat tiga adap penuntut ilmu, yakni adab penuntut ilmu bagi dirinya sendiri, kerpada guru dan kepada teman seperjuanganya. Adapun dalam tulisan ini, penulis akan memberikan beberapa adab penuntut ilmu bagi dirinya sendiri yang penulis dapat dari kajian Ustadz KH. Zainal Ariffin Al-Nganjuk'i pada Senin 01 Januari 2024 pada pukul 19:30 -- 20:30 tepatnya di Pondok Waqi'ah Indonesia, Kota Malang. Baik tanpa muter muter langsung saja, berikut beberapa adab seorang penuntut ilmu bagi dirinya sendiri.
1. Meninggalkan Ujub (penyakit hati)
Larangan pertama adalah ujub, ujub sendiri adalah bangga akan diri sendiri dan merupakan salah satu penyakit hati yang berasal dari 3 sumber utama, yakni karena fisik (ganteng, cantik, imut, lucu, menggemaskan, menyejukan, menenangkan, jelek, eeeh jelek keknya ndak masuk deh), kemudian karena harta dan yang terakhir adalah karena ilmu ( saking pinternya sampai lupa bahwa di atas awan ada langit, eeeh maksudnya di atas langit masih ada langit)
2. Tawadhu
Beralih dari larangan, kali ini adalah anjuran bahkan perintah, dimana salah satu adab yang sangat penting bagi kita selaku penuntut ilmu adalah tawadhu (merasa rendah diri), merasa dirinya bukan apa apa, kalau bahasa Lombok nya, ite jak ape lalok ( saya/kit ini ndak ada apa apanya).
3. Jujur
Selanjutnya, anjuran yang kedua adalah jujur, jujur menjadi salah satu sifat yang disenangi oleh mualim (guru), tentunya apabila guru sudah ridho, maka tentunya jalan penuntut ilmu semakin terbuka lebar.
4. Anteng (tenang) Maksudnya yakni mengerjakan sesuatu perkara (tugas, kewajiban, perintah, larangan) dengan tenang saja, jangan terlalu buru buru, seorang bertanya, tapi pak, kalau dedline nya mepet gimana? Ya kerjakan secepatnya, jangan tunda tunda.
5. Amanah (bisa dipercaya)
Terakhir adalah bisa dipercaya, dimana sifat Amanah ini sangatlah penting, terutama bagi kita selaku penuntut ilmu, teringat sebuah kisah, seorang kiyai menyuruh santrinya membawa otor beli tepe ke pasar, kemudian santrinya membawa motor tersebut sambil mendorongnya hingga balek, kemudian kiyai nya bertanya " le kenapa lama sekali belanja nya" kemudian di jawab "maaf yai, lama dorong motornya, soalnya tadi bu nyai bilang bawa motornya, bukan pake (kendarai) motornya". Kisah ini menunjukan betapa amanahnya santri tersebut.