Terkadang hidup sendiri jauh lebih baik daripada hidup harus bersama dengan orang yang kita kenal. Bertemu dengan orang baru lebih menyenangkan daripada harus bertemu dan berbicara dengan orang yang lama kita kenal. Begitu juga apa yang kurasakan. Aku berjalan sendiri di kota orang. Belum kenal dengan siapapun tapi aku memiliki firasat baik kalau aku akan bertemu dengan banyak orang baik. Walaupun sendirian tapi langkahku tidak gontai, memiliki rasa semangat berlebih untuk memulai hidup baru seperti yang kuinginkan.
Bukannya egois atau tidak mau mengerti tapi aku memiliki alasan. Alasan untuk pergi jauh tanpa mengenal siapapun. Rasa sakit yang sudah aku lalui sudah tidak terbendung, sabarku sudah tidak diakui lagi, lalu alasan apa lagi yang membuatku harus bertahan. Langkah demi langkah aku jalani tanpa mengeluh, karena ini keputusanku jadi aku harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang aku ambil.
Pagi yang cerah menyambutku, membangunkanku dari tidur malam yang lelap. Rasa bosanku ku hilangkan dan memulai hari pertama di kota orang. Menunjang kehidupan sendiri sungguh sangatlah berat, semua harus dikerjakan sendiri tanpa ada bantuan dari siapapun. Ku mulai hariku dengan berusaha mencari pekerjaan untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Tentu hari pertama sangatlah berat mencoba melamar pekerjaan kesana kemari tapi belum ada hasilnya. Lelahku mulai terasa dan tangisanku memuncak, akhirnya keluarlah butiran demi butiran air mata di pipiku.
Aku sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk tidak terlihat lemah di mata orang lain apalagi menunjukkan air mataku, dengan cepat aku mengusapnya dan bangkit dari dudukku. Menyemangati diri sendiri bahwa esok akan segera mendapat pekerjaan baru. Setelah drama menangis tadi aku memutuskan berjalan kesana kemari sambil berpikir apa yang harus aku lakukan untuk semua tanggung jawab yang kupilih. Meratapi nasib dan mulai menyalahkan diri sendiri.
Masih ada beberapa uang yang aku miliki tapi jika terus-terusan aku pakai tanpa ada pemasukan maka aku akan bangkrut. Selama seminggu aku bersemangat mencari pekerjaan dari satu gedung ke gedung yang lain. Sungguh benar-benar lelah tapi aku bahagia. Ditengah-tengah perjalananku dari seberang jalan terlihat seorang kakek dan nenek yang sedang berjalan bersama, aku mulai berpikir apakah masa tuaku akan menyedihkan atau membahagiakan seperti sepasang kakek nenek itu. Stop sadar saat ini bukan untuk mengkhayal tapi berpikir bagaimana kedepannya.
"Hai kakak, boleh minta tolong?" tanya gadis kecil yang sangat menggemaskan. Aku menoleh dan tersenyum sambil menjawab "Boleh dek, mau minta tolong apa?". Gadis itu menggemgam tanganku dan membawaku ke suatu tempat. Ternyata di tempat itu dia sedang berjualan koran bersama dengan kakaknya. "Kak, aku sama kakakku menjual koran ini kakak mau beli" tanyanya. Hatiku yang mudah rapuh ini sangat tersentuh dengan pemandangan yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Tanpa berpikir aku langsung menganggukan kepalaku dan mengeluarkan beberapa lembaran untuk mereka, nominalnya tidak banyak yang penting bisa membeli beberapa makanan untuk mereka.
"Ini yaa dek uangnya sisanya untuk kamu sama kakak kamu makan, tetep semangat yaa maaf kakak belum bisa bantu banyak" kataku sambil mengambil korannya. "Terima kasih kak, satu koran yang terjual ini sangat membantu kami" katanya sambil tersenyum. Setelah kejadian itu aku berjalan pulang, berpikir mereka yang masih kecil aja semangatnya luar biasa, ternyata masih banyak orang yang sangat membutuhkan dan orang - orang itu masih tersenyum ikhlas tidak sedikitpun mengeluh. "Banyak orang diluar sana yang masalahnya jauh lebih berat dariku ternyata" ucapku dalam hati sambil menyeka sudut mataku yang menandakan air mata akan menetes.
Keesokan harinya aku mulai pagiku seperti biasa lagi, mencari pekerjaan yang sesuai denganku. Melangkah keluar untuk berharap hari ini akan menghasilkan hal yang baik. Belum satu jam berjalan tiba-tiba ponselku berdering ternyata ada email yang masuk, perlahan aku membukanya betapa terkejutnya diriku ketika membaca pesan email bahwa aku diterima kerja di salah satu tempat melamar pekerjaan satu minggu lalu. Aku mulai bergegas kesana.
"Senang bisa bergabung menjadi karyawan di sini" kataku sambil berjabat tangan dengan HRD. Yaa aku mulai bekerja di salah satu perusahaan makanan, bukan menjadi karyawan yang menghadap laptop tetapi menjadi seorang salesnya. Apapun pekerjaan yang ada saat ini akan aku lakukan dengan hati yang bersyukur.
Hari itu juga aku langsung diberi perintah untuk bekerja, jadi aku bersemangat. Apapun rintangannya akan aku lakukan untuk masa depan. Mungkin bukan sekarang pekerjaan baik yang aku dapatkan, tapi semua ini sudah lebih dari cukup. Setiap hari lelah selalu melandaku dan menangis adalah jalan ninjaku. Ohh iya tiba-tiba aku teringat dengan dua anak kecil yang menwarkanku koran, "gimana yaa kabar mereka sekarang" ungkapku dalam hati. Tanpa berpikir panjang aku menghampiri mereka di tempat yang sama ketika mereka menawarkanku koran.
Aku mondar mandir mencari mereka di tempat biasa mereka mangkal, aku tidak melihat sama sekali batang hidung mereka. "Permisi mbak sedang mencari sesuatu kah?" tanya seseorang padaku. "Iya mbak, saya mau tanya anak yang biasa mangkal disini kemana yaa mereka?" tanyaku kembali, "Mereka pindah tempat mbak, diseberang sana tempatnya sekarang". "Baik mbak terima kasih yaa infonya".