Â
Jakarta, 13 Juni 2023 - Di tengah hiruk pikuk kota jakarta yang dinamis, kehadiran jamu tradisional tetap memiliki tempat di hati penikmatnya. Hadirnya jamu tradisional dengan alat tempur yang seadanya tetap bisa menjadi jawaban bagi mereka yang sedang mencari  titik terang bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan secara alami.  Mereka biasanya mengelilingi dari tempat satu dengan tempat yang lain dengan menggunakan sepeda ataupun sepeda motor, untuk menawarkan jamu racikan mereka kepada  masyarakat yang sibuk.
Jakarta yang merupakan kota dinamis menjadi bukti nyata bahwa eksistensi dari jamu tradisional yang akrab dipanggil jamu gendong ini masih ada di tengah ramainya masyarakat jakarta. Para penjual kini sudah beralih dari jamu gendongan menjadi jamu sepedah atau sepeda motor, mereka tetap memilih menjadi seorang penjual jamu demi sesuap nasi dan tentunya demi mempertahankan tradisi dan budaya indonesia.Â
Jamu tradisional ini sudah ada sejak 1800 tahun yang lalu dengan bukti yang tertulis di beberapa pengobatan alami sejak jaman kerajaan. Jamu tradisional adalah minuman herbal yang terkenal di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Berasal dari penggunaan ramuan alami seperti rempah-rempah, akar, daun, dan tanaman obat tradisional, jamu dianggap memiliki khasiat penyembuhan dan kesehatan yang beragam.Â
Penggunaan rempah-rempah, tanaman, serta rimpang atau akar ini memiliki sejuta manfaat yang bahkan sudah diakui baik dari masyarakat maupun Kemenkes. Hal ini dijelaskan dalam  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan;. Selain itu riset  hasil Riskesdas 2010 bahwa persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu sebanyak 59,12 % yang terdapat pada semua kelompok umur, baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan.Â
Memiliki minat yang masih cukup tinggi, mari kita temu mas kiki yaitu seorang pedagang jamu keliling dengan sepeda motor khasnya yang berwarna coklat dengan hiasan di gerobak kecil nya dengan nama " kiki jamu".  Mas kiki merupakan penjual jamu sejak turun temurun dari orang tua nya di kampung. Kini mas kiki meneruskan usaha keluarganya dan merintis dari 0 di usia yang masih dibilang muda. Dengan senyum yang ramah, mas kiki menawarkan berbagai jenis jamu yang dijual dalam botol-botol plastik yang menguning khas jamu tradisional. " saya cuma ingin menawarkan manfaat dan warisan budaya dari jamu tradisional kepada anak muda ataupun orang tua"  kata  mas kiki dengan semangat.Â
Mas kiki mengendarai sepeda motornya setiap hari dan menjajakan jamu racikannya kepada masyarakat di sekitar jakarta. Mas kiki merasa bahwa jamu tradisional ini masih memiliki minat karena memiliki segudang manfaat di dalamnya. " saya merasakan walaupun jaman makin  maju tapi tetap saja ada yang tetap mencari jamu bahkan sampai menjadi langganan tetap juga karena ya mereka merasakan manfaatnya secara langsung" ucap mas kiki. Sebagai anak dari penjual jamu dan sekarang juga menjual jamu, mas kiki mengatakan " yang saya tahu sebagai anak dari penjual jamu dan tukang jamu yang sedang saya geluti kurang lebih sudah 4 tahun ini, banyak sekali manfaat jamu yang menjadi alasan tersendiri mengapa jamu sampai sekarang masih diminati di jaman sekarang. Seperti buat stamina, pertambahan imun, penambah nafsu makan, banyak deh" ucap mas kiki penuh penjelasan.
Manfaat ini juga dirasakan sendiri dengan salah satu pelanggan tetap mas kiki, yaitu bapak hairudin yang sudah membeli jamu di mas kiki sejak 3 tahun lalu. "Jujur saya merasakan manfaatnya si mba, badan saya jadi ga gampang pegel-pegel, kadang penyakit bapak-bapak yah asam urat, minum jamu menurut saya bisa jadi jalan alternatif sih" ucap pak hairudin dengan ramah.Â
Meskipun jamu tradisional keliling menghadapi tantangan dalam era modern ini, ada semacam keajaiban dalam kesederhanaan dan kehangatan tradisi ini. Warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi tetap hidup melalui kehadiran jamu tradisional keliling. Ini bukan hanya tentang minuman sehat, tetapi juga tentang menjaga identitas budaya kita dan menghormati pengetahuan yang telah diperoleh selama bertahun-tahun.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, jamu tradisional keliling menawarkan pengalaman yang berbeda dan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia modern dan tradisi yang berharga. Mereka bukan hanya penjual jamu, tetapi juga pelindung budaya yang mempertahankan kearifan lokal di tengah arus globalisasi.Â
Lantas apakah ini salah satu alasan jamu masih eksis sampai sekarang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H