Dalam forum belajar "ngaji", ketika seorang santri melihat seekor cicak menanggalkan ekornya secara spontan dia bertanya "Ustadz mengapa kok cicak itu memutuskan ekornya? Terus bisa tumbuh lagi tidak?". Ustadz merasa tertantang untuk menjelaskan sesuai nalar dan akal santri "Cicak akan memutuskan ekornya saat dirinya merasa terancam dan terdesak untuk meyelamatkan jiwa. Itu senjata yang memang dikaruniakan Allah untuk sang cicak karena dengan melepas ekornya si pemangsa akan mengejar ekor tersebut sehingga sang cicak bisa meloloskan diri dari perhatian pemangsanya dan Allah akan menumbuhkan kembali,"
Dengan penuh kepuasan santri mengangguk anggukkan kepalanya dan mulai menceritakan hal tersebut kepada teman temannya di forum ngaji tersebut.
Membaca dialog diatas sebenarnya kita bisa semakin memahami makna dan tujuan dari segala kejadian alam serta segala fenomena yang diciptakan Allah di alam semesta ini. Segala ciptaan Allah mulai dari makhluk maupun peristiwa sebenarnya merupakan sumber belajar yang sangat tepat.
Sebagaimana fenomena cicak tadi, bisa digambarkan bahwa makhluk termasuk kita tentunya rela melepaskan kepemilikan untuk menyelamatkan fisik kita. Sementara itu nalar kita tentu mulai terusik dengan pertanyaan bagaimana menyelamatkan jiwa dan hati kita dari godaan dan hasutan pemangsa iman. Apa yang bisa kita lepaskan dari kepemilikan kita untuk menyelamatkan iman kita. Sesuai dengan ilmu cicak, bahwa ekor akan tumbuh seiring waktu dan tentunya kita pun sadar Allah juga akan menggantikan apa yang telah kita ikhlaskan.Â
Kita bisa menyelamatkan iman di jiwa kita dengan melepas materi dalam bentuk shodaqoh, melepas waktu sia sia kita dengan melakukan ibadah sunah yang lebih bermanfaat, melepas nafsu duniawi dengan menumpuk bekal akhirat. Dengan upaya melepaskan kepemilikan dan kesenangan, insya Allah pemangsa iman yakni bujukan hasutan dan pesona kemaksiatan akan semakin menjauh. Segala pengorbanan dan shodaqoh yang kita lepaskan niscaya akan dilipatgandakan (pahalanya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak (QS Al-Hadid:18).
By: Kholif Diniawati
Guru MAN 3 Bantul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H