Sebagai presiden pengganti Joko Widodo,  Prabowo Subianto saat ini dinilai menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi serta menangani isu-isu keamanan dan pertahanan dalam konteks semakin memanasnya eskalasi konflik geopolitik, baik dunia maupun regional. Selain itu yang juga menjadi PR besar bagaimana menyikapi dan melanjutkan warisan program-program pembangunan infrastruktur, khususnya IKN, yang telah dimulai oleh presiden Joko Widodo.
Seperti mafhum,  mega proyek IKN  saat ini menghadapi berbagai tantangan, khususnya terkait anggaran, transparansi, dan kritik terhadap dampaknya terhadap lingkungan. Kelanjutan pembangunan IKN sangat bergantung pada sejauh mana komitmen pemerintahan presiden Prabowo Subianto serta upayanya memastikan terjadinya partisipasi masyarakat dan pelaksanaanya  yang efisien dan akuntabel di tengah kondisi keuangan negara yang tidak sedang baik-baik saja.
 Dalam konteks menghadapi kondisi tersebut strategi komunikasi yang efektif sangat penting dalam menghadapinya. Dengan komunikasi politik yang baik memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang transparan antara pemerintah dan masyarakat. Kebijakan yang disampaikan dengan jelas, dibahas secara terbuka, dan dipahami oleh publik, akan mengundang partisipasi aktif warga negara.
Selain itu, dengan adanya komunikasi yang terbuka memungkinkan masyarakat menyampaikan aspirasi, kritik, dan saran kepada pemerintah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kebijakan publik. Komunikasi politik yang efektif juga akan memperkuat akuntabilitas pemerintah, mencegah penyalahgunaan kekuasaan melalui penyebaran informasi yang benar dan dialog terbuka.
Tugas berat lainya yang harus dihadapi oleh presiden Prabowo Subianto dalam komunikasi politik yakni menghadapi dan menyinkronisasi dengan gaya komunikasi Wakil Presiden pendampingnya, Gibran Rakabuming Raka. Sudah bukan lagi rahasia, baik kompetensi maupun performansi komunikasi Gibran dinilai parah. Putra sulung Jokowi ini dikenal sering kali tidak jelas dalam penyampaian pesan dan kerap membuat blunder serta menunjukkan sikap arogan. Tentunya gaya komunikasi Gibran yang kontroversial tersebut akan  bisa menjadi hambatan bagi Prabowo dalam menjaga citra kepemimpinannya yang tegas dan terstruktur.
Masih terkait Gibran, beban yang tidak kalah beratnya yang harus dihadapi oleh Prabowo Subianto yakni  menghadapi resistensi publik terhadap Gibran, terutama terkait tuntutan pemakzulannya dari jabatan wakil presiden akibat skandal akun Fufufaha. Skandal Fufufafa yang konon dimiliki oleh Gibran dan isinya dinilai melanggar moralitas dan keadaban serta menista Prabowo dan keluarganya  ini,  diperkirakan akan terus menjadi isu besar yang mengancam stabilitas politik setelah Prabowo dilantik sebagai presiden. Prabowo harus menemukan cara yang bijak untuk mengelola krisis ini serta meredakan ketegangan publik.
Akhirnya kita semua berharap dan berdoa semoga presiden Prabowo Subianto dapat mengatasi berbagai tantangan tersebut. Penggunaan strategi komunikasi yang terbuka, responsif, dan empatik akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas politik serta memenuhi harapan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, terutama terkait dengan isu sensitif yang melibatkan wakil presidennya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H