Setelah tiga kali gagal dalam pemilihan presiden (2009, 2014, dan 2019), akhirnya pada tahun 2024, Prabowo Subianto berhasil memenangkan kontestasi politik terbesar di Indonesia. Pada 20 Oktober 2024, ia resmi dilantik sebagai Presiden Indonesia ke-8. Kemenangan Prabowo yang saat dilantik genap berusia 73 tahun ini  tidak hanya berkat dukungan berjamaah dari partai-partai yang berhimpun dalam KIM (Koalisi Indonesia Maju), tetapi juga berkat 'cawe-cawe'  Presiden Joko Widodo yang telah mengerahkan segala daya dan upayanya.
Seperti mafhum, walaupun harus diwarnai skandal di Mahkamah Konstitusi  yang melibatkan "Paman Usman", akibat ambisi Jokowi memasangkan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden padahal dinilai belum cukup umur, diyakni menjadi faktor penting dalam keberhasilan pasangan  Prabowo-Gibran menangguk kemenangan mereka dalam Pilpres 2024.
Gaya Komunikasi Prabowo
Prabowo dikenal memiliki gaya komunikasi yang kental dengan nuansa militer, sejalan dengan latar belakangnya sebagai mantan Komandan Jenderal Kopassus dan Panglima Kostrad. Gaya ini bercirikan tegas, lugas, dan disiplin, dengan penyampaian pesan yang langsung dan tanpa ambigu. Sebagai bagian dari gaya militeristik, Prabowo juga sangat menghormati struktur hierarki dan menggunakan komunikasi yang instruktif. Gaya ini juga menekankan kecepatan dan efisiensi dalam penyampaian pesan, di mana tidak ada ruang untuk pembicaraan yang dinilainya tidak perlu.
Gaya komunikasi Prabowo juga sarat dengan semangat nasionalisme dan patriotisme, yang terlihat dalam penggunaan simbol-simbol kebangsaan dan isu kedaulatan negara. Gaya retorikanya yang berapi-api dan penuh semangat, menyerupai seorang komandan yang berbicara kepada pasukannya,  sering kali membuat audiens merasa termotivasi. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo Subianto  memberikan instruksi yang jelas dan spesifik tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan.
Banyak pihak menilai gaya komunikasi militeristik ini membantu Prabowo dalam membangun kedekatan dengan masyarakat. Gaya yang lugas dan tidak berbelit-belit dianggap lebih mudah dipahami oleh rakyat, bahkan menjadi antitesis dari gaya komunikasi pendahulunya, Joko Widodo, yang sering dikritik karena dianggap tidak tegas, bahkan plin-plan. Prabowo dengan pendekatan langsungnya mampu menyampaikan pesan dengan jelas dan tegas, sehingga masyarakat merasa lebih terhubung dengannya.
Meski demikian, sejumlah pakar komunikasi menyarankan agar Prabowo Subianto mengadopsi gaya komunikasi yang lebih inklusif dan adaptif setelah menjabat sebagai presiden. Transparansi dan keterbukaan menjadi elemen penting dalam membangun kepercayaan publik, menghindari spekulasi, dan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan informasi yang benar. Selain itu, hal itu akan menunjukkan empati melalui pendekatan yang humanis juga sangat penting agar rakyat merasa dipahami oleh pemimpinnya.
Selain itu, Presiden Prabowo Subianto juga diharapkan menggunakan pendekatan yang lebih kolaboratif, mengajak berbagai pihak untuk berdialog dalam pengambilan keputusan. Gaya komunikasi yang adaptif, di mana sebagai presiden Prabowo diharapkan akan mampu menyesuaikan penyampaian pesan sesuai dengan audiensnya. Prabowo diharapkan lebih menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami saat berbicara kepada masyarakat banyak.
Penggunaan media sosial yang proporsional dan terukur, jika dijalankan  dinilai akan menjadi adalah salah satu cara bagi Prabowo untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat secara efektif. Dengan memanfaatkan platform digital ini, ia dapat lebih responsif terhadap aspirasi masyarakat dan mempermudah akses komunikasi antara pemerintah dan warga negara.
Sejumlah Tantangan