Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Inilah Istilah yang Tepat: "Maulid" dan "Selawat"

16 September 2024   05:33 Diperbarui: 16 September 2024   08:12 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selawatan, Warisan Budaya Tak Benda yang Dilestarikan - Lingkar Jogja 

Saat ini kita berada di bulan Rabiul Awal, bulan ke-3 menurut takwim Hijriah. Menurut para ulama tarikh, pada tanggal 12 Rabiul Awal Nabi Muhammad dilahirkan di kota Makkah. Kelahiran dalam bahasa Arab disebut 'maulid'. Oleh karena itu Rabiul Awal oleh masyarakat Islam dikenal juga sebagai "bulan maulid".

Dalam KBBI penulisan yang baku adalah 'maulid'. Bukan 'maulud' atau ' mulud'. Dengan demikian kegiatan memperingati hari kelahiran Nabi (Muhammad ) seharusnya dinamakan 'bermaulid'.  Jika diberi akhiran --an menjadi 'maulidan'. Bukan 'mauludan' atau 'muludan'. Lema 'maulid' (noun) diberi penjelasan: hari lahir; tempat lahir; (peringatan) hari lahir Nabi Muhammad .

Salah satu kegiatan yang biasanya mengiringi kegiatan 'maulidan' antara lain berselawat untuk Nabi Muhammad . Dalam KBBI penulisan yang baku adalah 'selawat'. Bukan 'solawat', 'sholawat' atau 'salawat'. Lema 'selawat' (merupakan bentuk jamak dari salat) adalah: permohonan kepada Tuhan atau doa; doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad . beserta keluarga dan para sahabatnya.

Pengertian selawat sebagai kegiatan berdoa (kepada Allah) yang diperuntukkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan para sahabatnya ini merujuk pada Surat Al-Ahzab ayat 56, yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat (berdoa) untuk Nabi (Muhammad ). Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah (berdoalah) kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS: Al Ahzab:56).

Berdasarkan rujukan tersebut, selawat adalah perintah Allah dan merupakan sebuah doa kepada-Nya. Oleh karena itu, sebagaimana lazimnya sebuah doa maka teks bahasa Arabnya diawali Allahuma, yang artinya "Semoga Allah".  Namun dalam kenyataannya kita sering mendengar sebagian umat Islam: pembawa acara, bahkan para ustad dan khotib, saat menyampaikan mukadimah menerterjemahan selawat untuk Nabi Muhammad . ini melesapkan atau menghilangkan frasa Allahuma atau "Semoga Allah"-nya.

Kita sering mendengar pernyataan seperti ini: "Selawat dan salam marilah kita sampaikan atau curahkan atau limpahkan, kepada Nabi Muhammad...". Dengan demikian seakan-akan kitalah sebagai manusia yang menyampaikan selawat atau kesejahteraan kepada Nabi Muhammad tersebut.  Ada pula pernyataan seperti ini; "Selawat dan salam semoga tercurah atau dicurahkan kepada Nabi Muhammad ."  Tidak jelas siapa subjeknya yang mencurahkan selawat tersebut. Kedua pernyataan tersebut tentunya tidak tepat.

Karena selawat merupakan doa dan bahasa Arabnya diawali oleh Allahuma maka terjemahan yang benar seharusnya: "Semoga selawat dan salam oleh Allah disampaikan atau dicurahkan kepada Nabi Muhammad , kepada keluarganya, sahabatnya, dst..."

Semoga penjelasan singkat ini dapat meluruskan kesalahkaprahan kita dalam memahami pengertian kedua kata tersebut. Allahu a'lam*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun