Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Universalitas Kode dan Sandi Bahasa dalam Kejahatan Suap

21 Juni 2024   18:07 Diperbarui: 21 Juni 2024   21:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suap Dalam Ayunan Penuh Seorang Pria Kaya Menyuap Seorang Perwira Vektor Stok oleh HenryNine 325790570 (depositphotos.com) 

Kejahatan suap-menyuap atau bribery merupakan tindakan yang kerap kali dilakukan dengan berbagai modus operandi yang cerdik dan tersembunyi. Salah satu strategi yang digunakan adalah penggunaan kode dan sandi bahasa. Strategi ini tentu bukan kebetulan, melainkan direncanakan dengan tujuan spesifik untuk mengelabui orang lain, terutama pihak berwenang, agar tidak mengetahui tindakan tercela tersebut.

Penggunaan kode dan sandi bahasa dalam kejahatan suap bersifat universal, artinya hampir setiap bangsa dan budaya melakukannya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menyembunyikan tindakan ilegal dari pihak berwenang dan orang lain. Meskipun kode dan sandi yang digunakan mungkin berbeda-beda tergantung pada konteks budaya dan bahasa setempat, prinsip dasarnya tetap sama, yaitu untuk mengelabui dan mempersulit deteksi serta pengawasan terhadap praktik suap.

Dengan menggunakan kode dan sandi, bahasa dimanipulasi dan disesuaikan untuk memastikan komunikasi tetap tersamar, sehingga tindakan ilegal sulit dideteksi oleh pihak berwenang atau orang lain yang tidak terlibat langsung. Dari sudut pandang linguistik, fenomena ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat diadaptasi untuk tujuan kejahatan yang sangat spesifik dan kontekstual.

Kode atau sandi bahasa yang digunakan dalam kejahatan suap-menyuap bervariasi dari negara ke negara, mengikuti konteks budaya dan bahasa setempat. Misalnya, di Afrika Utara digunakan istilah "Kahwe" atau 'kopi', di Kenya "Chai Ya Wazee" atau "Teh untuk Orangtua". Di Pantai Gading, polisi biasa meminta "Pourboire" (uang minum).

Istilah Brasil untuk suap adalah "Um Cafezinho" (sedikit kopi). Di Turki, istilah untuk praktik suap adalah 'uang sup' atau "Chorba Parasi". Sedangkan untuk suap kecil, misalnya pungli, digunakan istilah "balik bashtan Kokar" yang artinya "Bau ikan mulai dari kepala". Di Meksiko, pejabat yang meminta imbalan karena membantu dalam kesepakatan bisnis akan meminta "Una Mordida" atau "Satu Gigitan".

Di Afghanistan dan Iran, istilah suap adalah "Poul-e-Chai", yang berarti "uang untuk teh". Di Cina, petugas kesehatan mengharapkan ucapan terima kasih "Yidian Xinyi" atas jasa mereka. Di Inggris, Perancis, Farsi, dan Swedia, istilah "Di bawah meja" sering digunakan untuk menggambarkan perpindahan uang secara ilegal alias tindak kejahatan suap-menyuap. Di Perancis disebut "Dessous de Table", di Farsi "Zir-e Mize", dan di Swedia "Pengar Under Bordet".

Di Azerbaijan, istilah suap adalah "Hurmat" yang artinya "Menghargai". Di Hungaria, para dokter dan perawat mengharapkan ucapan terima kasih "Haalapenz" dari pasien dalam bentuk uang yang dimasukkan ke amplop dan "Kenepenz" untuk para pejabat agar memudahkan urusan. 

Namun, sejak tahun 2000, di negeri ini istilah "kotak Nokia" menjadi simbol kejahatan suap-menyuap setelah Kepala Perusahaan Transportasi Umum Zsolt Balogh tertangkap menyerahkan uang tunai kepada Wakil Walikota Budapest Miklos Hagyo yang diletakkan dalam kotak telepon seluler Nokia.

Praktik suap-menyuap merupakan fenomena global yang melintasi batas budaya dan bahasa, menunjukkan perlunya kerja sama lintas negara dan pemahaman mendalam terhadap berbagai konteks. Penggunaan istilah sandi yang beragam menjadi tantangan tambahan dalam upaya pencegahan dan penindakan. Untuk menghadapi masalah ini, diperlukan kolaborasi internasional dalam memahami dan mengidentifikasi istilah-istilah yang digunakan, serta mengembangkan strategi pencegahan dan penindakan yang adaptif dan komprehensif.

Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa, yang pada dasarnya merupakan alat komunikasi, dapat dimanipulasi untuk tujuan spesifik seperti menyembunyikan tindakan ilegal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun