Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Telaah Semantik-Kognitif Istilah 'Ahlulbait', 'Dzuriyyah', 'Habib', 'Sayyid' dan 'Alawiyyin'

8 April 2024   13:17 Diperbarui: 8 April 2024   13:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelar Habib dan Sejarahnya di Indonesia (sindonews.com) 

Dalam kehidupan sehari-hari, suatu kata atau istilah memiliki medan makna yang lebih dalam ketimbang yang dideskripsikan dalam berbagai  kamus. Istilah-istilah tertentu, terutama yang berasal dari tradisi agama atau budaya misalnya, seringkali membawa konsep-konsep yang jauh lebih kaya makna dan nilainya. Dalam konteks masyarakat Islam, khususnya di Indonesia,  beberapa istilah seperti 'Ahlulbait', 'Dzuriyah', 'Habib', 'Sayyid', dan 'Alawiyyin', memiliki signifikansi khusus yang dianggap mencerminkan nilai-nilai spiritual tertentu dan muatan sejarah yang penting karena dinilai terkait dengan Rasulullah SAW.

Tulisan ini akan mencoba menelusuri komponen makna semantik kognitif dari istilah-istilah tersebut, terkait konsep pemahaman inti tentang kata itu; asosiasi  yang tercipta hubungan kata dengan konsep atau pengalaman lain dalam pikiran kita; imej atau citra  yang muncul saat kita mendengar kata tersebut; serta perasaan atau reaksi emosional yang mungkin terkait dengan kata-kata itu. Selanjutnya akan dibahas penyebab terjadinya pemaknaan seperti itu serta bagaimana semestinya umat Islam menyikapinya berdasarkan ajaran Islam itu sendiri.

1. Ahlulbait

Pada sebagian masyarakat Islam, istilah 'Ahlulbait'  merujuk kepada 'keluarga besar' Nabi Muhammad SAW. Konsep ini mencakup istri-istrinya yang mulia dan keturunan mereka. Sebagai inti pemahaman, Ahlulbait melambangkan keluarga yang diberkahi, diteladani, dan diberkati oleh Allah SWT. Ketika mendengar istilah Ahlulbait, kita mungkin membayangkan keluarga besar Rasulullah SAW, khususnya istri-istri dan anak-anaknya yang penuh keberkahan, bijaksana, dan penuh kesucian. Citra tersebut pada giliranya  memicu rasa hormat, kasih sayang, dan penghargaan yang mendalam terhadap mereka yang dianggap keluarga besar  Rasulullah tersebut, termasuk terhadap mereka yang saat ini  mengaku diri masih memiliki garis keturunanya.

2. Dzuriyah

Kata ini berasal dari "dzarrah" yang artinya "benih" atau "benda sangat kecil". Dalam arti khusus, istilah 'Dzuriyah' merujuk kepada 'keturunan Rasullah', khususnya dari garis putri bungsunya Fatimah Azzahra. Karena dari putri beliau yang dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib RA  ini saja beliau beroleh keturunan yakni Hassan dan Husein. Ketika kita mendengar Dzuriyah, umumnya pikiran kita akan  terhubung dengan tanggung jawab anak-cucu Rasulullah yang dianggap masih ada saat ini dalam  mewariskan nilai-nilai keteladanan Rasulullah SAW. Gambaran garis keturunan yang dianggap masih terus berlanjut tersebut dari generasi ke generasi oleh para pengklaimnya memicu rasa tanggung jawab, kebanggaan terhadap garis nasabnya, sehingga dianggap perlu untuk menjaganya dengan baik.

3. Habib

"Habib" adalah istilah yang berarti "dicintai", serumpun dengan kata "Hubb" yang berarti "cinta". Dalam konteks masyarakat  Islam  'habib' menggambarkan seseorang yang sangat dicintai oleh Allah SWT dan manusia. Habib menciptakan asosiasi dengan cinta, kasih sayang, dan keistimewaan di hati. Ketika kita mendengar Habib, mungkin terlintas gambaran seseorang yang penuh kasih sayang, disayangi oleh banyak orang, dan memiliki kebaikan hati yang luar biasa. Istilah ini memicu emosi cinta, kehangatan, ketenangan hati, serta rasa hormat dan penghargaan karena mereka yang dianggap sebagai orang-orang yang memiliki garis keturunan dengan Rasulullah SAW.

4. Sayyid

Secara umum kata 'Sayyid' berati 'Tuan' atau orang yang terhormat. Namun secara khusus istilah tersebut kerap dinisbatan untuk menyebut keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keturunannya melalui cucu beliau, Hasan dan Husain. Konsep Sayyid menghadirkan hubungan yang erat dengan keturunan Nabi, keagungan, keberkahan, dan pemimpin spiritual. Saat mendengar istilah Sayyid, kita mungkin membayangkan gambaran pemimpin spiritual yang dihormati, serta terkait dengan warisan keilmuan dan keteladanan. Istilah ini menimbulkan emosi rasa hormat, kekaguman, penghargaan terhadap keturunan Nabi, serta rasa kepercayaan terhadap mereka yang merasa diri pemilik gelar sayid tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun