SIARAN PERS | 4 Mei 2015
INTANI GANDENG UGM BANGUN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGROMARITIM
JAKARTA – Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) menggandeng Dashboard Ekonomika Kerakayatan Universitas Gadjah Mada (DEK UGM) untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat tani dan nelayan di Indonesia.
INTANI bersama DEK UGM yang dipimpin Prof DR Gunawan Sumodiningrat, akan mengembangkan model-model perberdayaan yang disesuaikan dengan kearifan lokal di masing-masing daerah. “Kami mengintegrasikan agriculture dan maritim, karena keduanya bisa saling menguatkan untuk membangun kemandirian nasional, khususnya meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan Indonesia,”ungkap Ketua Umum INTANI, Guntur Subagja, 4 Mei 2015.
Meski Indonesia memiliki hamparan laut yang sangat luas dibandingkan daratannya, namun ketika mengembangkan sektor maritim, harus seiring juga dengan pengembangan pertanian menuju kemandirian pangan nasional. “Kita harus membangun inovasi menuju negeri agromaritim mandiri,”ungkap Guntur Subagja.
Untuk mengawali perumusan model pemberdayaan agromaritim, INTANI dan DEK UGM akan menggelar Seminar “Model Pemberdayaan Masyarakat Agromaritim” di kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM, Yogyakarta, 8 Mei 2015 mendatang.
INTANI sudah memiliki grand strategy pembangunan kemandirian nasional, yang dibahas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I INTANI pada 7 April 2015 lalu, di Gedung Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD RI). Pertemuan itu dihadiri Dewan Pakar INTANI Prof DR Eriyatno dan Prof DR Muhammad Firdaus, keduanya Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), serta Dewan Penasehat INTANI Prof DR Gunawawan Sumodiningrat (guru besar UGM) dan Muhammad Saleh SE (Anggota DPD RI) . Sementara guru besar Universitas Indonesia (UI) Prof DR Martani Huseini, yang juga Dewan Pakar INTANI, menyampaikan gagasannya tertulis yang dikirimkan di sela-sela tugasnya dari Jepang.
Pembangunan kemandirian ekonomi nasional yang tepat adalah melalui pengembangan sektor agromaritim. Untuk merealisasikan itu, ada lima hal prioritas yang menjadi fokus INTANI, yaitu: pemberdayaan masyarakat (empowering people), pengembangan produk (product development), inovasi teknologi (technology innovation), interkoneksi semua potensi (connection), dan sosial bisnis (social business).
Guru besar IPB, Prof DR Eriyatno, memaparkan definisi agromaritim adalah wilayah pembangunan inklusif yang mengintegrasikan sektor pertanian dan kelautan untuk kesejahteraan rakyat dan pelestarian sumber daya alam. “Fokus INTANI dalam membangkitkan kemandirian sistem agromaritim berkelanjutan adalah wilayah pesisir yang merupakan interface dari sektor pertanian dan kelautan,”jelasnya.
Prof DR Gunawan Sumodiningrat menyatakan pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada aspek pengembangan manusianya (people). Dalam ekonomi kerayakatan, ungkapkan, pemberdayaan dilakukan dengan membudayakan masyarakat berkerja atau berusaha, berpenghasilan, dan menabung. Budaya tersebut akan mewujudkan kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Masyarakat harus dibangun untuk bekerja/wirausaha, untung, dan menabung, sehingga akan menajdi masyarakat mandiri yang memiliki masa depan yang baik,”paparnya.
Sementara di sisi produk atau komoditas, menurut Prof DR Gunawan, Indonesia perlu membangun “One Village, One Product” sehingga muncul variasi produk agromaritim sesuai dengan potensi lokal di daerah masing-masing.
Prof DR Muhammad Firdaus, mengungkapkan, sistem usaha pertanian di Indonesia masih monokultural, kurang inovasi, lemah leadership, perlu tenaga pendamping dan lahan sempit perlu dikonsolidasilahan. “Indonesia juga perlu aktif untuk melakukan akses pasar dan memiliki posisi tawar yang tinggi dengan negara-negara maju yang menghambat ekpor komoditas agromaritim Indonesia,”ungkap guru besar Tim Pakar World Trade Organization (WTO) itu.
Sedangkan Prof DR Martani Husieni mengungkapkan beberapa isu strategis yang perlu dilakukan dalam mengembangkan agromaritim adalah: penyuluhan, pemberdayaan, dan mencari Leverage yang tepat dalam matarantai people & process. “Syaratnya kemandirian bangsa. Kalau kita belum mandiri ya agak sulit untuk menyelesaikan isu-isu strategis. Tahap awal perlu merekonstruksi people, process, dan leverarge dalam mata rantai global value chain,”paparnya.
INTANI didirikan pada 25 Februari 2015 oleh para praktisi pertanian dan kelautan, pakar/akademisi, pebisnis, profesional, dan aktivis yang peduli meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani dan nelayan serta membangun kemandirian nasional berbasis agromaritim. Organisasi ini menitikberatkan pada program nyata dengan mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat yang akan diduplikasi ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H