Mohon tunggu...
Kholidah Tamami
Kholidah Tamami Mohon Tunggu... -

Just human with humanism

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemerintah Harus Proaktif Bela Petani

8 April 2015   10:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

INTANI, Jakarta 7 April 2015.
Pemerintah Harus Proaktif Bela Petani
Insan Tani Dan Nelayan (Intani) meminta Pemerintah membela petani dengan lebih proaktif dalam merespons isu-isu negatif terkait produk pertanian di pasar global agar petani segera bisa sejahtera. Prof .Dr. Muhammad Firdaus, Guru Besar Institut Pertanian Bogor dan Tim Ahli Perundingan Perdagangan WTO, mengatakan sulitnya produk agrobisnis masuk ke pasar ekspor ini memprihatinkan, mengingat Indonesia negara pertanian dan 90 persen penduduknya adalah petani dan nelayan. “Isu-isu negatif  di skala global ini tidak boleh dibiarkan oleh Pemerintah. Apalagi neraca perdagangan di sektor pertanian , satu-satunya yang positif meski 80% disumbang dari perdagangan kelapa sawit.” Katanya saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pelantikan Pengurus Intani di DPD RI pada 7 April 2015 di Jakarta. Isu negatif tersebut, dia mencontohkan ditolaknnya buah manggis kita di pasar global akibat isu manggis kita mengandung logam berat. Isu tersebut  dilontarkan oleh China yang sakit hati karena beberapa produknya sulit masuk ke Indonesia.  Begitu pula, dengan isu yang melanda Kopi Luwak yang ditolak oleh AS dan akhirnya diikuti oleh negara lain, seperti Jepang. Selain isu negatif tersebut, Indonesia  jua belum bisa memenuhi kuota produksi akibat lahan-lahan pertanian yang kecil-kecil. Oleh karena itu, konsolidasi lahan pertanian penting dilakukan agar produk pertanian bisa menghasilkan produk yang mampu memenuhi kuota produksi. Masalah lainnya,menurut Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Surachman Suwardi, pengelolaan sektor pertanian kita umumnya bersifat monokultur, minim inovasi dan tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, saran dia, sektor pertanian perlu melakukan transformasi kelembagaan agar bisa berkembang menjadi agro industri. Petani kita juga membutuhkan pendampingan dari tenaga penyuluh pertanian yang benar-benar memahami sektor pertanian dan pasar agribisnis. Tenaga penyuluh pertanian saat ini jumlahnya sangat kurang. Selain itu, ungkap dia, karakter rata-rata petani yang pasif dan ketua kelompok tani yang jiwa kepemimpinannya rendah membuat inovasi produk pertanian sangat kurang. Guru Besar Pertanian UGM, Prof Gunawan Sumodiningrat kembali menekankan pentingnya peran tenaga penyuluh untuk mendampingi para petani agar mereka bisa mandiri. Dia menyayangkan keberadaan tenaga penyuluh saat ini lebih banyak berperan sebagai fasilitator proyek, yang hanya bersifat administratif. Ini yang membuat sektor pertanian tidak maju. “Idealnya, petani harus menjadi one person one product sehingga bisa menghidupi diri sendiri dan ekspor produk, Petani juga perlu menghidupkan gotong royong dengan petani sekampung agar menjadi one village one product, kemudian, one village, one corporation sehingga mereka bisa sejahtera karena memiliki lembaga keuangan sendiri,” paparnya. Di sektor maritim, Dewan Penasehat Intani Doktor Syahrowi R. Nusir menghitung potensi ekonomi sektor maritim bisa mencapai angka 80 miliar dollar AS per tahun dan menghidupi 9 juta nelayan dan masyarakat pesisir. Potensi keluatan itu tidak hanya berupa ikan, tetapi juga komoditas kelautan yang bisa dipakai untuk bahan baku produk kesehatan dan kecantikan,seperti rumput laut, gangang laut, dan lainnya. Intani beranggotakan beragam elemen masyarakat (akademisi, pelaku usaha, dai, aktivis, media). Intani memiliki keinginan mulia untuk membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan para petani dan nelayan melalui program-program yang konkret. Organisasi massa ini lahir dilandasi oleh keprihatinan para akademisi, pakar pertanian dan kemaritiman, pengusaha agribisnis dan profesi lainnya ketika melihat nasib petani dan nelayan yang tak kunjung sejahtera. Padahal, sebagai negara agraris dan maritime, sekitar 90 persen rakyat nya berprofesi sebagai petani dan nelayan. Melihat ironi tersebut, Intani bertekad untuk mendorong petani dan nelayan agar mandiri dan hidupnya sejahtera. Ketua Intani Guntur Mahardhika Subagja mengatakan Intani memiliki 5 grand strategy, yaitu pemberdayaan orang (empowering people), pengembangan produk (product development), inovasi teknologi (technology innovation), koneksi (connection) dan bisnis sosial (social business). Intani akan mengimplementasikannya dalam bentuk program edukasi dan komunikasi, pemberdayaan, pemasaran, investasi dan jaringan.”Sebagai organisasi massa yang non politis, Intani akan menjadikan petani dan nelayan sebagai subyek dalam program-program Intani, sehingga kesejahteraan mereka cepat meningkat,” katanya. Selain program sosialisasi, Intani juga akan membantu dalam memasarkan produk-produk petani dan nelayan baik di pasar lokal maupun luar negeri, sehingga produk pertanian dan kelautan memiliki nilai jual yang baik. Dalam melaksanakan  program-program tersebut, Intani menggandeng Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dinilai merepresentasikan daerah masing-masing, sehingga diharapkan program Intani yang berorientasi ke daerah yang merupakan basis petani dan nelayan bisa berjalan lebih lancar. Ketuan Komite II DPD RI Parlindiungan Purba menyatakan kesiapannya untuk mengaitkan program-program Intani dengan DPD. Sebagai perwakilan orang daerah, DPD ingin berperan nyata untuk menyejahterakan masyarakat daerah sehingga keberadaan DPD ini ada manfaatnya. “Kita siap dukung Intani karena programnya nyata untuk masyarakat,”  tuturnya. Oleh karena itu, Intani siap membantu Pemerintah untuk mendorong daerah-daerah  agar sektor maritimnya agar menghasilkan produk inovatif yang bernilai ekonomi tinggi.
Salam Intani
Contact Person
Guntur Subagja hp.081219218988
Suli Murwani (0811115673)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun