A.Pendahuluan
Aksi pemberontakan di Sudan telah menghasilkan referendum yang memisahkan Sudan Utara dan Sudan Selatan dan memaksa Sudan Selatan terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
B.Pembahasan
Lingkaran kemiskinan yang diakibatkan oleh instabilitas sektor perekonomian Sudan Selatan berimplikasi pada meningkatnya jumlah pengangguran disana. Tentu saja meningkatnya jumlah pengangguran tersebut menjadi dilema mengingat Sudan Selatan merupakan negara yang kaya akan minyak bumi sedangkan Sudan Utara tidak memiliki minyak bumi. Dilema kemiskinan tersebut juga memaksa para orang tua di Sudan Selatan yang memiliki anak gadis untuk sedini mungkin dinikahkan demi menopang perekonomian keluarga mereka. Di negara yang menjadi bagian dari Afrika Utara ini, ternyata banyak remaja sudah menikah sejak usia 13 tahun dengan motif ekonomi. Fenomena ini muncul tak terlepas karena besarnya mahar yang bisa orang tua dapatkan dengan menyerahkan anak gadisnya. Umumnya, untuk menikahi satu orang perempuan, pihak lelaki disana harus membayar mahar yang jumlahnya lebih dari 100 ekor sapi. Hal tersebut juga menjadi dilema mengingat kaum perempuan juga harus memperoleh pendidikan yang layak, bukan menikahkan mereka sedini mungkin yang mana pada usia dini tersebut kaum perempuan masih rawan terutama dalam hal reproduksi yang tidak sedikit menyebabkan kematian.
C.Penutup
Untuk memulihkan stabilitas ekonominya, Sudan Selatan bergabung ke dalam Bank Dunia dan Dana Moneter Internasionalyang mana saat ini IMF sedang melakukan koordinasi dengan para pendonor yang didedikasikan dalam mendukung Sudan Selatan selama empat tahun ke depan.
http://international.okezone.com/read/2013/10/21/414/884317/baru-merdeka-sudan-selatan-dilanda-pemberontakan (diakses pada 27 November 2013 pukul 17.24 WIB)
http://www.portalkbr.com/berita/luarnegeri/2799526_4213.html (diakses pada 27 November 2013 pukul 17.20 WIB)
http://www.investor.co.id/home/sudan-selatan-bergabung-dengan-imf-dan-bank-dunia/34337 (diakses pada 27 November 2013 pukul 17.29 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H