Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gagal ginjal akut (GGA) pada anak telah menjadi isu yang mengkhawatirkan banyak orang tua di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya masalah medis, tetapi juga menyentuh kehidupan dan harapan masa depan anak-anak. Banyak orang tua yang tidak mengetahui gejala awal GGA, dan hal ini berkontribusi pada keterlambatan dalam mendapatkan perawatan yang tepat. Dengan meningkatnya angka kejadian GGA, penting untuk mengeksplorasi tantangan yang ada dalam penanganannya serta solusi yang dapat diterapkan.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam penanganan GGA adalah kurangnya pengetahuan di kalangan orang tua mengenai gejala awal penyakit ini. Banyak dari mereka yang tidak tahu tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Dr. Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Indonesia, menyatakan bahwa banyak orang tua tidak mengenali tanda-tanda awal gagal ginjal, sehingga terlambat dalam mendapatkan perawatan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan yang lebih baik sangat diperlukan (Rahayu, Dita, & Tahar, 2023).
Selain itu, gangguan ginjal pada anak sering kali tidak terdeteksi sejak dini, yang dapat menyebabkan perkembangan penyakit yang lebih serius. Data menunjukkan bahwa insiden gangguan ginjal akut di seluruh dunia cukup tinggi, dengan 33,7% anak yang dirawat di rumah sakit mengalami kondisi ini. Di Indonesia, belum ada data nasional yang komprehensif mengenai kejadian gangguan ginjal pada anak, meskipun beberapa rumah sakit melaporkan angka kematian mencapai 23,6% pada anak dengan gagal ginjal. Hal ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ginjal (Kemenkes RI, 2018).
Dua aspek penting dalam perawatan GGA adalah manajemen cairan dan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa monitoring ketat terhadap asupan dan pengeluaran cairan sangat krusial untuk mencegah komplikasi (Johnson et al., 2022). Selain itu, dukungan nutrisi yang tepat dapat mempercepat pemulihan anak-anak yang mengalami GGA (Martinez et al., 2024). Keluarga yang terdampak juga memerlukan dukungan psikologis untuk mengatasi stigma sosial yang sering menghalangi mereka dalam mencari bantuan.
Tanggung jawab pemerintah dalam penanganan GGA juga sangat penting. Pemerintah diharapkan memberikan respons yang cepat dan efektif dalam menangani kasus ini. Media massa berperan dalam membentuk persepsi publik tentang tanggung jawab pemerintah. Banyak masyarakat yang merasa tidak puas dengan respons yang diberikan, menciptakan narasi bahwa ada kekurangan dalam sistem kesehatan yang ada.
Penanganan GGA pada anak di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kurangnya pengetahuan orang tua, terbatasnya akses layanan kesehatan, hingga stigma sosial yang ada. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat. Meningkatkan pendidikan kesehatan, memperkuat layanan kesehatan, dan memberikan dukungan psikologis kepada keluarga yang terdampak adalah langkah-langkah penting yang harus diambil. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi anak-anak kita, memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan untuk masa depan yang lebih baik.
Sumber :Â
Karundeng, V. V. A., Umboh, V., & Wilar, R. (2023). Gangguan Ginjal Akut pada Anak: Faktor Risiko dan Tatalaksana Terkini. E-CliniC, 12(1), 77--86. https://doi.org/10.35790/ecl.v12i1.45368
Kemenkes RI. (2018). Peran Pemerintah Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Gangguan Ginjal Pada Anak. Penyakit Tropis di Indonesia. ;(November):1--18
Rahayu, U. S., Dita, R., & Tahar, S. (2023). Frame tanggung jawab pemerintah dalam berita tentang cemaran obat sirup dan kasus gagal ginjal akut pada anak. Jurnal ISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 20(1), 33-54. https://doi.org/10.36451/jisip.v20i1.9
Johnson, A.K., et al. (2022). "Fluid management strategies in pediatric acute kidney injury." Journal of Pediatric Intensive Care, 11(3), 245-256.