Konflik besar terjadi di rumah Puan, ayah Puan yang notabene seorang kepala sekolah dan disegani di kampung menolak keras kedekatan Puan dan Nathan. Puan pun sama kerasnya menentang pelarangan yang dititahkan ayahnya pada Puan.
Puan berada pada dilema yang besar. Latar belakang Puan pun akhirnya terkuak mengapa ia takut dengan air laut. Kisah tragis masa lalu lah menjadi penyebabnya. Nathan yang sadar akan adanya penghalang di antara mereka berdua juga mengalami kesedihan dan kegalauan yang tak terkira.
Menjelang hari perpisahan karena masa bakti Nathan di Halmahera sudah selesai, Puan memaksakan diri untuk menemui Nathan untuk terkahir kalinya dan memberikan sepucuk surat. Nathan sangat berharap bahwa surat itu berisi nomor telepon Puan agar mereka berdua masih dapat saling bertukar pesan.
Namun, naas. Puan telah memantapkan keputusannya pada keyakinannya yang sama dengan kedua orang tuanya. Bukan nomor telepon isi dari surat itu, tapi sebuah paragraf panjang yang menyakitkan sekaligus meneduhkan yang diakhiri dengan kalimat "Karena perasaan kita itu, akan terus tumbuh bila tidak dibunuh. Semoga kau dan aku selalu bahagia -- meski tidak bersama-sama."
Novel ini memiliki daya tarik yang luar biasa karena mengambil latar di Halmahera, Maluku Utara. Penulis menggambarkan latar suasana dan tempat dengan sangat apik, sangat menggambarkan keindahan Halmahera. Tidak hanya itu, penulis juga memberikan istilah-istilah khas Halmahera, seperti baronda yang artinya berjalan-jalan, darat dan laut yang digunakan untuk menunjukkan arah -- mereka tidak mengenal utara, barat, selatan, dan timur. Selain itu, penulis juga menyajikan makanan-makanan khas Halmahera dengan sebutan aslinya, seperti gohu, sabeta, dan bia. Penulis sangat piawai dalam menggambarkan segalanya tentang Halmahera. Pembaca seakan-akan ditarik lebih dekat dengan segala hal tentang Halmahera.
Pada akhirnya, layaknya sebuah novel dengan pesan moralnya, dari novel ini dapat dipetik sebuah pesan bahwa tingkat mencintai paling tinggi adalah mengikhlaskan meskipun menyakitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H