Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan uluran tangan dari orang lain. Komunikasi antara satu manusia dengan manusia lainnya sangat diperlukan. Kita tidak bisa hidup terisolasi tanpa bertemu atau tidak membutuhkan orang lain dalam hidup kita.
Akan tetapi, manusia pun cenderung memiliki sifat --- entah sadar atau tidak --- menyebalkan di mata orang lain. Baik perkataan maupun ucapan, baik disengaja atau tidak, kita adalah orang yang menyebalkan menurut orang lain.
Manusia tercipta saling menyebalkan satu sama lain, saling menyakiti satu sama lain, dan saling menyinggung sesamanya.Â
Hidup di dunia tidak ada satu tempat pun yang aman dari manusia-manusia yang menyebalkan, bahkan di tempat ibadah sekalipun. Bisa jadi, hanya surgalah satu-satunya tempat tidak ada orang-orang yang menyebalkan.
Kita harus memahami bahwa hidup di antara orang-orang yang menyebalkan adalah sebuah realitas di dalam hidup. Kita tidak bisa untuk menghindarinya, mau tidak mau kita harus hidup berdampingan dengan orang-orang tersebut, menerimanya, atau bahkan berdamai dengannya.Â
Marcus Aurelius dalam Meditations yang dikutip dari Filosofi Teras karya Henry Manampiring, berkata "Mengharapkan orang jahat untuk tidak menyakiti orang lain adalah gila. Itu sama saja meminta hal yang tidak mungkin.Â
Arogan sekali jika kita bisa memaklumi orang jahat dalam memperlakukan orang lain, tetapi tidak terima jika itu tertimpa pada kita. Itu kelakuan seorang tiran."Â
Atau bahasa mudahnya, kita terima-terima saja jika orang-orang "menyebalkan" melakukan tindakan yang menyebalkan pada orang lain, layaknya itu adalah sebuah hal yang lumrah. Namun, tidak terima jika dirinya yang menjadi objek berikutnya dari orang-orang yang "menyebalkan."
Dalam buku Filosofi Teras, kita dianjurkan untuk selalu siap sedia bahwa kita pun akan mendapatkan perlakuan buruk oleh orang lain di mana pun dan kapan pun.Â
Kita harus bisa bersikap secara bijak dalam menghadapi orang-orang yang menyebalkan. Kita harus tenang setenang saat menyikapi pengalaman buruk dari orang lain.
Secara hakekat, sikap orang lain, persepsi orang lain, sifat orang lain, dan keputusan orang lain adalah hal yang di luar kendali kita. Kita tidak bisa mengontrol hal-hal yang di luar kendali kita.Â