Self reward atau memberi hadiah pada di sendiri sangat penting untuk dilakukan. Banyak sekali macam-macam self reward yang telah dijelasksan di berbagai tulisan di berbagai platform.
Self reward yang dimaksud seperti shopping, makan dalam skala banyak, olahraga, tidur dalam tempo yang lama, nge-date dengan pasangan, nongkrong bersama kawan, dll.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas memang benar adanya adalah bentuk dari self reward. Akan tetapi, bukan itu yang akan dibahas dalam tulisan ini. Tulisan ini akan membahas tentang Stoisisme.
Stoisisme sendiri adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang mengajarkan definisi kebahagiaan sejati dan semua itu tumbuh serta berkembang dari dalam diri.
Stoisisme bisa juga disebut Stoa, dan orang-orang yang mempraktikan filsafat ini disebut praktisi Stoa. Tulisan ini merujuk pada buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.
Stoa mengajarkan pada kita untuk membagi serta memahami hal-hal yang ada di dalam kendali kita dengan yang di luar kendali kita. Hal-hal yang ada di dalam kendali kita contohnya adalah pikiran, opini, perasaan, persepsi dan tindakan kita sendiri, sedangkan yang di luar kendali kita adalah keputusan orang lain, opini orang lain, tindakan orang lain, kesehatan, reputasi, dan kekayaan.
Stoisisme mengajarkan bahwa sesuatu hal hanya bisa menjadi benar-benar “baik” atau “buruk” jika hal-hal tersebut ada di bawah kendali kita. Sebab, interprestasi atas hal-hal menjadi “baik” atau “buruk” adalah kuasa kita. Kita yang memiliki andil untuk menafsirkan suatu hal menjadi “baik” atau “buruk.”
Begitu pula sebaliknya, Stoa memasukkan hal-hal di luar kendali kita sebagai “indiffirent” atau hal-hal yang tidak berpengaruh. Pendapat orang lain, tindakan orang lain, opini orang lain, harta benda, kekayaan, dan kesehatan dimasukkan ke dalam daftar hal-hal yang tidak berpengaruh oleh Stoa.
Entah kita kaya atau miskin, sakit atau sehat, entah anggota tubuh lengkap atau tidak, Stoa mengatakan bahwa kita semua sanggup merasa bahagia serta tenteram dan tetap dapat menjalani hidup dengan baik. Buat apa memiliki kekayaan yang melimpah, tubuh yang rupawan, suami/istri yang menawan, tetapi tidak dapat menjalani hidup dengan baik.
Salah satu cara yang diajarkan Stoisisme agar tidak dikendalikan oleh hal-hal yang di luar kendali, seperti harta benda, popularitas, kekayaan, dan kecantikan adalah dengan terus mengingatkan diri akan naluri dari benda-benda tersebut. Kita tidak dilarang untuk memiliki itu semua, tidak dilarang untuk menikmati itu semua.
Namun, kita harus bisa memahami esensi dari semua yang kita miliki. Semua kepemilikan itu hanyalah fana. Bisa hilang sewaktu-waktu karena tidak (sepenuhnya) ada di bawah kendali dan harus ditekankan bahwa kita bisa bahagia tanpa itu semua.