Mohon tunggu...
Khoirunnisa
Khoirunnisa Mohon Tunggu... Guru - Penulis Ulung

Mahasiswi Universitas Jambi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Panggil Aku "Bodoh"

3 Desember 2019   16:30 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:47 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali kita menghadapi kenyataan dimana keadaan  tidak sesuai  dengan harapan.Banyak kasus yang saya lihat dimana orang tua menginginkan anaknya selalu menjadi bintang kelas,mendapat nilai yang tinggi dan disenangi semua orang. Ada rasa kebanggaan tersendiri bagi orangtua jika memiliki anak yang pintar dan cerdas. 

Siapa pun pasti ingin melihat anaknya sukses dalam dunia pendidikan,namun bagi sebagian orang memiliki anak yang gagal dalam hal akademis adalah hal yang memalukan atau dianggap tidak sukses dalam memberikan pendidikan.Apalagi jika  latar belakang orang tua yang sebelumnya berprestasi namun sang anak tidak mewarisi hal tersebut. Pemikiran orangtua yang terpaku akan kesuksesan nilai akademis, hasil nilai rapor yang menjajikan, menjadi juara bertahan adalah hal yang mutlak. 

"Kamu harus belajar yang rajiin dan mendapatkan nilai yang tinggi. Coba lihat si-A, dia begini dan begitu tidak seperti kamu". Kata-kata yang seperti ini tentunya tidak asing di telinga anak.

Ada kalanya mengucapkan kata-kata yang ta pantas seperti bodoh. Pernahkah orang tua berpikir akan ucapan seperti diatas akan mempengaruhi psikologis, tindakan dan prilaku anak? Terkadang orang tua terlalu memaksakan anak untuk menuruti keninginannya menjadi dokter, tentara, guru, perawat bahkan pengacara. 

Ada orang tua yang memasukan anaknya di tempat les ternama, privat, bimbel dan sebagainya.Sebelumnya, apakah Anda menanyakan kepada anak Anda bagimana perasaannya setelah seharian belajar di sekolah? Apakah ada hal yang menarik? Bagaimana dengan teman dan guru disekolah? 

Hal yang kecil seperti ini memberikan banyak gambaran kepada orang tua tentang diri dan perasaan anak. Mereka terlalu memaksakan anak belajar dalam tekanan. Motivasi yang seharusnya membangun semangat anak malah membuat anak tertekan,bahkan stres. 

Jika anak mendapat nilai yang jelek, tanyakanlah secara lembut. Mengapa dan bagimana bisa demikian. Jangan langsung menjatuhkan mental anak dengan kata-kata yang menghakimi.

Bukan berarti anak menempuh pendidikan disekolah lalu hak asuh dan tanggung jawab sepenuhnya diberikan kepada guru. Ingatlah, bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pola asuh dan pendidikan dini didalam keluarga akan mencerminkan dan pembentukan karakter didalam diri anak. Dahulu jika anak mendapat nilai jelek, orang tua akan menuntut kepada anak. Tapi sekarang orang tua menuntut kepada guru atau wli kelasnya. Lucu bukan?

Hal yang perlu orangtua ketahui, setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing. Setiap anak memiliki kemampuan menangkap materi dan perkembangan yang berbeda-beda. Ada yang mudah menangkap materi ada juga yang sangat lamban. 

Dari sini lah muncul perspektif anak pintar dan anak bodoh. Sejujurnya inilah yang mendoktrin pikiran anak. Setiap orang akan sukses namun di waktu yang berbeda. Bukankah ucapan adalah do'a? Iya, karena setiap ucapan dapat mengubah pola pikir dan emosional seseorang. 

Inilah yang dinamakan the power of word. Maka, janganlah orang tua membanding-bandingkan anak dengan orang lain.Hargailah usaha yang mereka lakukan, bantu mendorong,memotivasi dan membimbing. Orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya, namun memahami perasaan anak lebih utama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun