Mohon tunggu...
Khoirun  Niam
Khoirun Niam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenangan Masa Kecil Tentang Layang-Layang

9 Januari 2016   15:30 Diperbarui: 9 Januari 2016   15:30 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-bg8e_EmmMO4/Ts3crpaPAAI/AAAAAAAAADY/c-Y61nTqXBg/s1600/Manja.jpg

Sore hari adalah waktu yang sering aku tunggu ketika dulu waktu kecil. Ya, Sore hari dimana panas matahari sudah mulai tidak terlalu menyengat tubuh. Dan hembusan angin yang menyegarkan badan dan pikiran. Kenapa aku menunggu waktu sore hari waktu kecil dulu? Jawabannya pasti satu, yaitu untuk bermain layang-layang. Memang tidak semua sore hari aku menunggu dengan riang, lebih tepatnya aku menunggu sore hari dengan riang pada waktu tertentu saja. Yaitu pada waktu musim layang-layang sedang populer dan naik daun di daerah tempat tinggalku.

Bermain layang-layang adalah salah satu permainan yang sering saya lakukan. Bermain layang-layang memang mudah dilakukan. Kita hanya menunggu angin berhembus dan langsung kita terbangkan layang-layang kita. Semakin kita mengulur benang layang-layang maka akan semakin tinggi layang-layang tersebut dan tentunya semakin kecil ukuran layang-layang tersebut di angkasa. Jika sedang populernya layang-layang, maka langit biru di atas banyak bertebaran layang-layang yang berbeda warnanya bahkan ada yang memiliki ekor.

Tetapi keseruan bermain layang-layang tentu ada dua hal. Yaitu yang pertama mengadu layang-layang satu sama lain melalui benangnya atau jika di daerahku namanya gelasan. Dan bagian yang kedua adalah mengejar layang-layang yang putus karena gelasan atau saling beradu satu sama lain.

Gelasan atau mengadu layang-layang satu dengan lainnya yang melalui media benangnya. Disini akan diuji ketajaman benang penggunannya dan strategi penggunanya. Gelasan menurutku seru karena kita akan saling mengarahkan layang-layang yang terbang di angkasa sehingga benang layang-layang kita saling beradu dengan benang layang-layang milik orang lain. Lalu yang kita lakukan selanjutnya adalah mengulur benang layang-layang kita dan dalam keadaan tertentu pula mengharuskan kita untuk menarik benang layang-layang milik kita agar layang-layang lawan putus.

Sebenarnya yang saya senangi adalah ketika saya saling berkompetisi untuk mengejar serta mendapatkan layang-layang yang putus dengan anak-anak lain. Terkadang kecepatan dibutuhkan untuk mendapatkan layang-layang yang putus. Bahkan karena mengejar layang-layang saya pernah di marahi orang tua saya karena saya menginjak injak sawah milik orang lain, tempat layang-layang putus tersebut jatuh. Meskipun sempat takut lagi untuk bermain layang-layang. Tetapi setalah beberapa hari saya mulai mengejar layang-layang lagi karena ada keseruan tersendiri. Keseruannya adalah, saya tanpa uang seperserpun dapat mendapatkan layang-layang secara gratis yang saya dapatkan. Biasanya saya mendapatkan layang-layang di sawah yang padinya sudah panen karena takut dimarahi orang tua lagi.

Bahkan ketika layang-layang yang saya dapatkan sedikit dari pengejaran layang-layang putus. Saya dulu pernah membuat layang-layang sendiri dari kerangka layang-layang di pinggir jalan dan saya tempeli kertas layangan warna hijau. Dan hasilnya, terbangnya sungguh lucu tidak seperti layang-layang pada umumnya.

Biasanya setelah musim layang-layang hampir usai maka akan digantikan dengan musim sowangan. Ya, di daerahku sowangan adalah layang-layang yang memiliki bentuk unik-unik dan ukurannya besar melebihi ukuran layang-layang. Sowangan sendiri ada yang terbuat dari kertas (biasanya bisa mengeluarkan bunyi) dan ada pula dari kain. Dan yang saya punya adalah dari kain, karena ketika saya meminta dibelikan sowangan dari kertas tidak dibelikan. Makanya saya hanya punya sowangan dari kain. Tetapi saya sangat senang bisa memiliki sowangan. Sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun